Myspace Backgrounds

Thursday, August 27, 2009

Seperti Pemain Golf



Tahukah Anda bahwa meraih sukses seperti bermain golf ?

Ada beberapa tipe pemain golf, mulai dari yang gagal total sampai pegolf top seperti Tiger Wood.

Filosofis tipe pemain golf ini bisa kita aplikasikan ke dalam keberhasilan dalam aspek lainnya seperti bisnis dan karir.

Apa saja tipe pemain golf tersebut?

Inilah tipe-tipe pemain golf. Silahkan renungi, meski Anda bukan pemain golf, termasuk yang manakah Anda. Tipe-tipe ini mirip dengan kehidupan kita sehari-hari. Coba saja Anda bandingkan dengan bisnis, karir, atau aspek kehidupan Anda lainnya.
1. Tipe pegolf yang suka mengatakan, “Saya akan meraih Hole in One.” Kapan? “Suatu saat.”

Masalahnya, orang ini tidak pernah bermain golf. hanya ingin bermain golf.

2. Tipe pegolf yang memukul bola entah ke arah mana. Meski pun lubang ada di sebelah utara, dia memukul kemana saja. Kadang ke timur, barat, selatan, dan sesekali, kebetulan, ke utara. Dia tidak tahu dimana letak lubang.

3. Tipe pegolf yang memukul bola, tapi kadang sampai kadang tidak. Sering terlewat atau melenceng jauh. Dia tidak pernah meningkatkan kemampuannya.

4. Tipe pegolf yang memiliki kemampuan memukul bola, tetapi dia sering menggunakan stick yang salah. Kadang untuk memukul bola dekat dia gunakan stick jauh atau sebaliknya. Dia tidak tahu stick yang mana yang tepat.

5. Tipe pegolf yang tahu dimana letak lubang, fokus pada lubang, melakukan visualisasi sebelum memukul, memposisikan diri yang baik, kemampuannya prima, dan tentu saja menggunakan stich yang tepat. Ini adalah pegolf top seperti Tiger Wood.

Untuk tipe 1 sampai 4, mungkin Anda mengatakan saya mengada-ngada atau bercanda. Memang betul, keempat tipe pegolf tersebut adalah hasil fiksi saya. Namun tahukah Anda bahwa dalam aspek kehidupan lainnya banyak yang masuk ke salah satu kategori 1 sampai 4?

1. Banyak orang yang ingin bisnis, tetapi hanya mengatakan ingin tanpa pernah mengambil tindakan ke arah keinginannya. Banyak orang seperti ini.

2. Banyak orang yang ingin sukses, dia bertindak, tetapi tidak memiliki tujuan. Akhirnya tindakannya tidak mengarah ke arah tujuaanya karena dia tidak menetapkan tujuan. Tujuan itu harus ditetapkan, tertulis, dan spesifik. Anda sudah punya? Jika belum, artinya masuk ke tipe ini.

3. Ini adalah orang yang mungkin sudah tahu tujuannya. Mau bertindak, tetapi tindakannya payah karena tidak pernah mengembangkan diri. Banyak orang yang bisnis, tetapi bisnisnya asal-asalan.

4. Yang ini lebih baik, tetapi sering menggunakan alat yang salah. Dia tidak tahu alat, perangkat, maupun teknologi. Dia mungkin terampil, tetapi dia tidak menggunakan alat yang tepat.

5. Dan inilah tipe ideal.

Apa inti dari artikel ini?


Mimpi saja, tanpa tindakan, memang percuma (tipe 1).

Namun, tindakan juga tidak akan banyak membantu jika tanpa tujuan yang jelas, keterampilan yang memadai, dan alat yang tepat (tipe 2-4).

Tindakan yang akan membawa hasil hebat adalah tindakan dengan tujuan yang jelas, keterampilan yang memadai, dan alat yang tepat serta mindset yang benar.


Source : Rahmat

http://www.motivasi-islami.com/

TUJUH RAHASIA MANAJER SUKSES

Setelah sekian tahun bekerja bersama beberapa perusahaan besar, saya berkesempatan mengamati para manajer sukses luar biasa di profesi yang mereka pilih. Meski pun mereka bekerja di berbagai bidang, industri dan budaya yang berbeda, hal yang menarik pengamatan saya tidak terletak pada perbedaan itu.

Namun, apa yang mereka miliki pada umumnya. Saya sangat terkesan sekali dengan pola perilaku yang mereka tunjukkan secara konsisten dalam pendekatan mereka menage orang lain. Bagaimana pun, mereka telah menemukan secara intuitif, tujuh rahasia berikut, yang saya percaya dimiliki oleh manajher sukses pada umumnya.

1–Mereka adalah Teladan yang Transparan

Manager-manager yang paling sukses selalu mengenakan nilai-nilai pribadi dan organisasi dalam lengan bajunya. Mereka memiliki pengetahuan dan ketrampilan tinggi; dan terus berusaha untuk menguasai keduanya.

Dengan melakukan ini, mereka menjadikan diri mereka teladan bagi orang lain baik di dalam maupun luar pekerjaan. Apakah itu berupa dedikasi untuk memberikan pelayanan pada konsumen, komitmen pada mutu, atau hal-hal lain, mereka mewujudkan dan mempratekkan sendiri nilai-nilai tersebut, dan senantiasa berusaha keras untuk menguasai dan memperbaikinya. Karena mereka selalu melihat pada perilaku diri mereka sendiri sebelum memandang orang lain, mereka dipercaya sebagai teladan, dan perintahnya dihormati.

2–Mereka Meminta Hal yang Sama dari Orang Lain

Mereka mampu memvisualisasikan ketrampilan, pengetahuan dan budaya yang diperlukan oleh organisasi dan pribadi untuk mencapai sukses. Mereka pun mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama sesuai dengan tuntutan perubahan.

Mereka memang tidak “sabaran” dalam mengejar goal individu, namun mereka sangat sabar dalam menolong orang lain agar mau mencapai tujuan tersebut. Sekali mereka mampu meraih sejumlah orang yang mau berubah, mereka meminta dan mengharapkan kesetiaan penuh pada budaya organisasi yang baru.

Misi mereka bukan untuk menciptakan sekelompok orang yang meniru mereka, namun menolong setiap orang agar bisa meraih kemampuan tertingginya. Untuk itu, mereka mencanangkan standar dan harapan tinggi untuk sukses.

3–Mereka Membimbing Orang Lain

Bagi manager sukses, setiap berhubungan dengan orang lain adalah kesempatan untuk melakukan “coaching” atau pelatihan. Pelatihan meliputi pelatihan perilaku, pendidikan, memberikan dorongan, menunjukkan bagaimana seharusnya, memberikan counseling, dan lain sebagainya.

Tetapi, fokus semua ini adalah untuk menolong orang lain menggapai sukses. Para manajer ini secara kosntan dan aktif terlibat dalam pengembangan kinerja orang lain agar menjadi lebih berbakat dan mampu.

4–Mereka Membukukan Prestasi.

Mereka memiliki standar kinerja yang dapat diukur dan dinyatakan. Mereka secara jelas menunjukkan faktor-faktor kesuksesan pada setiap orang dalam organisasi. Standar ini merupakan rencana pengembangan individu, yang karenanya dirancang sedemikian rupa untuk setiap orang dalam organisasi. Mereka memberikan wewenang sekaligus mengharapkan pertanggungjawaban.

5–Mereka Melatih Manajer Baru

Agar Bisa Melatih Orang Lain Mereka mengakui bahwa beberapa orang dalam organisasi akan memegang tanggung jawab yang lebih besar di masa datang. Mereka menyiapkan manager-manager masa depan dengan melatih mereka agar mampu melatih orang lain.

Mereka memberikan orang-orang ini kesempatan untuk memperlebar ketrampilannya dengan mengembangkan ketrampilan orang lain.

6–Mereka Menerapkan Program yang Luar Bisa

Banyak orang yang merasa puas dengan tanggung jawab mereka saat ini. Manajer sukses tidak menggunakannya sebagai alasan untuk tidak tumbuh berkembang. Mereka senantiasa meluaskan jalan dan menemukan cara-cara baru agar orang lain pun bisa tumbuh dan mengembangkan posisinya.

Mereka mengakui bahwa perkembangan dan pertumbuhan yang terus-menerus adalah perjalanan hidup yang panjang, bukanlah tujuan. Dan program yang mereka terapkan merefleksikan hal ini.

7–Mereka Mengulangi, Mengulangi, dan Mengulangi.

Orang-orang sukses mengetahui bahwa tidak ada sesuatu yang dicapai dalam semalam. Manajer yang baik meraih keberhasilan mereka ini melalui konsistensi dan disiplin. Mereka pun menolong sukses orang lain melalui peneladanan dan pelatihan yang terus-menerus diulang.

Mereka tahu, satu-satunya jalan untuk menjaga tingkat sukses yang tinggi adalah melalui disiplin dan pelatihan yang berulang-ulang. Pada kenyataannya, tanpa pengulangan dan latihan, 6 rahasia di atas hanya merupakan kalimat-kalimat menarik ketimbang praktek manajemen yang sukses. Semuanya akan menjadi kebiasaan yang membentuk dasar sukses yang berkelanjutan.

Meski banyak rahasia untuk sukses, tampak sekali hal-hal yang sebenarnya “common sense”. Meski tampaknya mudah dimengerti, namun rahasia ini sulit untuk dilaksanakan. Dan hanya dengan sungguh-sungguh menerapkannya, manager sukses menunjukkan perbedaannya dari mereka yang cuma main-main.

(disarikan dari “Seven Secrets of Successful Managers”, Patrick Malone, The PAR Group, ThePARGroup. com)

Source :
Rumadi Hartawan

Friday, August 21, 2009

Diselamatkan Oleh Keindahan

INI adalah kisah nyata tentang dahsyatnya keindahan. Keindahan yang menyatukan hati manusia tanpa memandang apa agamanya. Kisah ini terjadi di India, pada saat diperintah gubernur Inggris yang bernama Lord William Wintock (1828-1835).

Gubernur Lord Wintock diingat dunia sebagai manusia yang pernah memerintahkan untuk menghancurleburkan Taj Mahal di Agra. Perintah penghancuran Taj Mahal itu bermula dari kepailitan yang dialami Lord Curzon,sang pemilik perusahaan India Timur.

Lord Curzon menceritakan kesulitannya yang sangat berat kepada Gubernur Lord Wintock.
Hal itu mendorong Gubernur Lord Wintock berpikiran untuk menjual Taj Mahal. Saat itu diperkirakan Taj Mahal bisa laku sampai 100.000 rupee.
Uang sebesar itu sudah cukup untuk menutupi utang dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan Inggris di India tersebut. Berita tentang rencana penjualan Taj Mahal oleh Gubernur Lord Wintock itu beredar sangat cepat. Dalam waktu sekejap gelombang penentangan yang sangat keras muncul.

Hal itu membuat Lord Wintock marah besar.Ia lalu melangkah lebih berani, tidak hanya ingin menjual Taj Mahal, ia malah mengeluarkan ultimatum untuk menghancurleburkan Taj Mahal yang menjadi kebanggaan rakyat India itu.

Demi mendengar ultimatum Lord Wintock yang gila itu, gelombang perlawanan muncul di mana-mana. Orang Islam dan orang Hindu bersatu padu dalam melakukan perlawanan untuk mempertahankan Taj Mahal.

Rakyat India bersatu padu dalam kekuatan penuh untuk melawan Gubernur Inggris.
Pemberontakan besar siap meledak di seluruh India. Para penasihat gubernur melihat bahaya besar yang mengancam kolonial Inggris akibat perintah penghancuran Taj Mahal itu.

Mereka meminta agar gubernur Lord Wintock mencabut perintahnya dan meminta maaf kepada rakyat India.
Dan akhirnya hal itu dilakukan Lord Wintock. Taj Mahal selamat. Dan pemberontakan besar tidak jadi meletus.

Ada komentar menarik tentang peristiwa itu,
”Sesungguhnya yang menyelamatkan Taj Mahal bukanlah orang-orang India. Akan tetapi, Taj
Mahal diselamatkan oleh keindahannya sendiri.Andai Taj Mahal tidak indah, ia tidak akan mendapat dukungan dari jiwa dan raga seluruh rakyat India sedahsyat itu. Andai tidak indah, orang Islam dan Hindu tidak akan bersatu di belakangnya untuk menggagalkan rencana pemerintah Inggris.”

Ketika bom teroris kembali meledak di Jakarta, saya teringat kisah dahsyatnya keindahan Taj Mahal ini. Sebab kembali bom itu dikait-kaitkan dengan kelompok Islam. Peledakan bom itu jelaslah bukan tindakan manusia beradab, dan sangat jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Maka ketika peledakan JW Marriott dan Ritz Carlton dikaitkan dengan kelompok Islam, ada dua hal yang berkelebat dalam benak saya;

Yang pertama, pengeboman itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan Islam,
atau karena tidak ada kaitannya dengan Islam dan kelompok Islam.
Berarti, tindakan mengaitkan pengeboman itu dengan Islam adalah bentuk fitnah terhadap Islam. Beberapa dekade ini, Islam memang sering dikaitkan dengan tindakan terorisme yang sangat ditentang Islam.

Setiap kali ada bom meletus, telunjuk dunia ”dipaksa” mengarah kepada Islam dan umatnya. Dan berkali-kali pula telunjuk itu salah tuding.Fitnah terhadap Islam ini sedikit banyak membuat pemeluk agama Islam merasa sangat tidak nyaman.
Sudah banyak terbukti perlakuan yang tidak adil kepada pemeluk Islam di negara-negara yang ”fasih”menuding Islam sebagai biang kerok terorisme.

Menyikapi fitnah ini,hal terbaik yang dilakukan umat Islam,menurut saya, adalah dengan mengamalkan keindahan ajaran Islam yang sesungguhnya.
Islam yang mengajarkan umatnya untuk tidak menyakiti binatang, apalagi
manusia.

Jika pemeluk Islam percaya bahwa ajaran Islam adalah rahmatan lil `alamin, dan Islam itu sangat mulia tidak ada yang lebih mulia dari Islam, maka tidak ada alasan untuk takut atau khawatir bahwa citra Islam akan rusak.

Dengan menghayati Islam dan mengamalkan keindahan ajarannya secara konsekuen,maka kedamaian akan hadir dalam jiwa pemeluk Islam. Dan Allah-lah yang akan menjaga Islam lewat keindahan Islam itu sendiri.

Betapa banyak data yang ditulis sejarah, ribuan kali Islam difitnah dan keindahan Islam mampu menepis fitnah itu.

Kedua,jika tudingan pengeboman itu memang ada kaitannya dengan kelompok Islam tertentu,maka jelas kelompok yang melakukan tindakan tidak berperikemanusiaan itu sama sekali tidak memahami Islam. Dan itu tidak bisa dijadikan dasar untuk menuding pengeboman itu sebagai tindakan atas nama Islam.

Jika kelompok tidak bertanggung jawab itu beranggapan dengan pengeboman itu telah membela dan memperjuangkan Islam. Jelas itu adalah anggapan yang jauh dari benar.

Bagaimana mungkin ada seorang muslim memperjuangkan Islam dengan membunuh saudaranya sesama muslim dan saudaranya sesama manusia ?

Di dalam Islam, setetes darah seorang muslim lebih mulia dari Ka'bah yang
ada di Mekkah. Runtuhnya Kakbah itu lebih ringan daripada tumpahnya
darah seorang muslim meskipun cuma setetes.

Kalau kelompok itu benarbenar memahami Islam, ia tidak akan sampai melakukan kekejian itu,
berpikir pun tidak. Sekali lagi kalau dia benar-benar memahami Islam. Islam sama sekali tidak memerlukan untuk dibela dengan menumpahkan darah atau menyakiti orang lain.Sebab,Islam diturunkan justru untuk membawa perdamaian,untuk mencegah pertumpahan darah, untuk mencegah tindak kezaliman sekecil apa pun.

Islam tidak untuk dibela dengan kemarahan.
Sebab Islam datang untuk meredamkan amarah yang membawa kerusakan.
Islam dalam sepanjang sejarahnya telah terbukti mampu membela dirinya dengan
keindahan ajarannya yang lebih indah dari bintang yang paling indah.

Taj Mahal yang bisa mempertahankan diri dengan keindahannya itu hanyalah setetes kecil dari keindahan peradaban Islam.
Mengamalkan keindahan ajaran Islam dengan baik dan benar, dengan penuh rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya itulah cara terbaik membela Islam yang dianut oleh
mayoritas penduduk Republik Indonesia ini.

Allahu a`lam.

Thursday, August 20, 2009

Orang Bodoh VS Orang Pintar

ORANG BODOH VS ORANG PINTAR
By Mario Teguh



Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya berbisnis...
Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus rekrut orang pintar.
Walhasil boss-nya orang pintar adalah orang bodoh.

Orang bodoh sering melakukan kesalahan,
maka dia rekrut orang pintar yang tidak pernah salah untuk memperbaiki yang salah.
Walhasil orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh.

Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah untuk selanjutnya mencari kerja.
Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk
membayari proposal yang diajukan orang pintar.

Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato,
maka dia menyuruh orang pintar untuk membuatnya.

Orang bodoh kayaknya susah untuk lulus sekolah hukum (SH).
oleh karena itu orang bodoh memerintahkan orang pintar
untuk membuat undang-undangnya orang bodoh.

Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan,
sementara itu orang pintar percaya.
Tapi selanjutnya orang pintar menyesal karena telah mempercayai orang bodoh.
Tapi toh saat itu orang bodoh sudah ada di atas.

Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu yang dipikirkan panjang-panjang oleh orang pintar. Walhasil orang orang pintar menjadi staf-nya orang bodoh.

Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan,
dia PHK orang-orang pintar yang berkerja.
Tapi orang-orang pintar DEMO.
Walhasil orang-orang pintar 'meratap-ratap' kepada orang bodoh agar tetap diberikan pekerjaan.

Tapi saat bisnis orang bodoh maju, orang pinter akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang, sementara orang bodoh menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.

Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa di jadikan duit.
Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan perkerjaan.

Bill gate (Microsoft), Dell, Hendri (Ford),
Thomas Alfa Edison, Tommy Suharto, Liem Siu Liong (BCA group).
Adalah contoh orang-orang yang tidak pernah dapat S1), tapi kemudian menjadi kaya.
Ribuan orang-orang pintar bekerja untuk mereka.
Dan puluhan ribu jiwa keluarga orang pintar bergantung pada orang bodoh.


PERTANYAAN :
Mendingan jadi orang pinter atau orang bodoh??
Pinteran mana antara orang pinter atau orang bodoh ???
Mana yang lebih mulia antara orang pinter atau orang bodoh??
Mana yang lebih susah, orang pinter atau orang bodoh??


KESIMPULAN:
Jangan lama-lama jadi orang pinter,
lama-lama tidak sadar bahwa dirinya telah dibodohi oleh orang bodoh.

Jadilah orang bodoh yang pinter dari pada jadi orang pinter yang bodoh..
Kata kunci nya adalah 'resiko' dan 'berusaha',
karena orang bodoh perpikir pendek maka dia bilang resikonya kecil,
selanjutnya dia berusaha agar resiko betul-betul kecil.
Orang pinter berpikir panjang maka dia bilang resikonya besar untuk
selanjutnya dia tidak akan berusaha mengambil resiko tersebut.
Dan mengabdi pada orang bodoh...

Diamanakah posisi anda saat ini...
Berhentilah meratapi keadaan anda yang sekarang...

Ini hanya sebuah Refleksi dari semua Retorika dan Dinamika kehidupan.
Semua Pilihan dan Keputusan ada ditangan anda untuk merubahnya,
Lalu perhatikan apa yang terjadi...


Stay Super.....


Salam,
Mario Teguh....

Tuesday, August 18, 2009

MARHABAN YA RAMADHAN



Jika semua HARTA adalah RACUN, maka ZAKAT lah penawarnya
Jika seluruh UMUR adalah DOSA, maka TAUBAT lah obatnya.
Jika seluruh BULAN adalah NODA, maka RAMADHAN lah pemutihnya.
Selamat Datang Ramadhan, Selamat Datang Keberkahan
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa
Mohon Maaf Lahir dan Bathin


From
DJODI ISMANTO and Kel - Medan serta
Seluruh keluarga besar di Jakarta
www.djodiismanto.blogspot.com

Friday, August 14, 2009

Cukup Berhargakah Pekerjaan Anda?


Pernahkah anda memiliki sesuatu yang tidak anda sadari betapa pentingnya dia hingga anda kehilangan benda itu? Saya sering mengalami hal semacam itu. Misalnya, lampu senter. Ketika arus listrik mengalir lancar, saya sering tidak peduli pada keberadaan lampu senter itu. Namun, ketika lampu mati, saya kelimpungan mencari-cari dimana saya meletakkan benda kecil itu.


Tiba-tiba saja saya merasakan betapa berharganya sebuah lampu senter. Dan betapa hidup saya bergantung kepadanya. Ketika seluruh ruangan dirumah saya menjadi gelap gulita, saya baru menyadari bahwa saya telah menyia-nyiakan sang lampu senter selama ini. Itu hanya soal lampu senter.


Bayangkan seandainya itu menyangkut sesuatu yang sangat menentukan kelangsungan hidup kita? Misalnya pekerjaan yang kita miliki ini. Bukankah kita sering kurang menyadari betapa berharganya pekerjaan kita ini; sampai-sampai kita lebih sering mengeluh daripada mensyukurinya?


Beberapa waktu yang lalu saya mampir ke sebuah mal. Ada hal aneh di mal itu, namun saya tidak begitu yakin apa penyebabnya. Setelah cukup lama berkutat dengan rasa penasaran, akhirnya saya menemukan kejanggalan itu.


Di Mal itu, ada beberapa outlet yang menghilang. Salah satunya adalah counter makanan kecil dimana saya biasa membeli kuaci untuk cemilan selagi menonton televisi. Ada outlet fashion yang berubah menjadi ruangan kosong melompong, sebuah restoran yang raib, dan space sebuah cafe yang tinggal setengahnya.


Untuk sejenak saya terpana. Membayangkan orang-orang yang beberapa hari lalu ada di mal ini untuk melayani pelanggan-pelanggan nya. Namun, hari ini mungkin mereka berada dirumah, tanpa tahu kapan akan kembali melakukan pekerjaannya lagi.


Anda yang tidak pernah kehilangan pekerjaan mungkin tidak akan mampu membayangkan betapa beratnya itu. Tapi mereka yang mengalaminya, tahu persis bagaimana rasanya.


Pertanyaannya adalah; apakah kita harus menunggu kehilangan terlebih dahulu untuk bisa benar-benar menyadari betapa bernilainya pekerjaan kita ini?


Pengabaian kita terhadap pekerjaan memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan pengabaian kita kepada benda-benda kecil seperti lampu senter tadi. Mengapa? Karena kita seringkali menganggap bahwa ’kitalah sang pemilik’ pekerjaan itu.


Oleh karena itu, sebagai pemilik kita merasa memiliki segala kewenangan untuk memperlakukan kepemilikan kita itu sesuka hati kita. Padahal, faktanya; ’kita bukanlah pemilik pekerjaan itu’. Perusahaan tempat kita bekerjalah yang memilikinya. Bukan kita. Buktinya, jika perusahaan ingin mengambil kembali pekerjaan yang kita pegang, maka kita dengan sukarela atau terpaksa mesti ’mengembalikan’ pekerjaan itu kepada perusahaan.


Jebakan rasa kepemilikan semu itu menimbulkan otoritas imitatif pada kebanyakan pekerja. Sehingga, mereka mengira boleh bersikap apapun terhadap pekerjaannya.


Ya, namanya juga pemilik. Mau melakukan apapun semau-maunya juga boleh saja, bukan? Makanya, begitu banyak orang yang terlambat menyadari bahwa pekerjaannya benar-benar berharga, yaitu ketika mereka kehilangan pekerjaannya. Sebaliknya, ketika mereka masih ’memiliki’ pekerjaan itu, mereka cenderung mengabaikannya.


Salah satu ciri paling umum orang yang seperti itu adalah; mereka tidak sungguh-sungguh menuangkan seluruh potensi dan kapasitas dirinya untuk menghasilkan kinerja terbaik dalam pekerjaannya. Mereka mengira bahwa dengan tidak menggunakan kapasitas dirinya itu, perusahaan yang akan rugi. Padahal, kerugian paling besar dialami oleh dirinya sendiri.


Mengapa begitu?


Ada 2 alasan. Pertama, dengan tidak mencurahkan seluruh potensi dirinya secara optimal akan memperkuat alasan bagi perusahaan untuk mencari orang lain yang bisa menggantikannya.


Kedua, tidak mendayagunakan potensi diri sama artinya menyia-nyiakan anugerah yang telah Tuhan berikan kepadanya. Bukankah Tuhan pun belum tentu suka kepada orang yang menyia-nyiakan anugerahNya?


Ciri lainnya adalah; rendahnya tingkat disiplin kerja mereka. Orang-orang yang percaya bahwa pekerjaannya berharga tidak mungkin mengabaikan disiplin diri dalam bekerja. Sebab, mereka tahu bahwa perusahaan bisa sewaktu-waktu mengambil pekerjaan itu darinya lalu diberikan kepada orang lain yang lebih bisa berdisiplin.


Dengan kata lain, mereka tahu bahwa satu-satunya cara untuk mencegah hal itu tidak terjadi adalah; menunjukkan disiplin yang tinggi saat bekerja. Sebaliknya, orang-orang yang lupa betapa berharganya pekerjaannya sering menganggap bahwa disiplin mesti dijalankan jika dan hanya jika dia diawasi. Jika tidak ada yang mengawasi, mengapa mesti berdisiplin tinggi?


Padahal, disiplin adalah urusan pribadi. Karena, kedisiplinan berhubungan langsung dengan integritas diri. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki integritas diri pasti akan menghargai pekerjaannya. Sehingga selama bekerja, dia akan bersungguh-sungguh, dan mengerahkan seluruh potensi dirinya. Untuk mencapai prestasi. Yang tinggi.


Mari Berbagi Semangat!


Source :

Kang Dadang Kadarusman

Natural Intelligence & Mental Fitness Learning Facilitator

http://www.dadangka darusman. com/

Friday, August 7, 2009

Kisah Pemimpin Redaksi ELLE

Rasanya kita semua tidak kenal dengan orang yang bernama Jean-Dominique Bauby, kecuali Anda perempuan dan berbahasa Perancis atau suka membaca majalah bernama Elle. Ia pemimpin redaksi Elle. Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang "ditulisnya" secara sangat istimewa dan diberinya judul Le Scaphandre et le Papillon (The Bubble and the Butterfly).

Tahun 1995 ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut 'locked-in syndrome', kelumpuhan total yang disebutnya 'seperti pikiran di dalam botol'. Memang ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak.

Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Jadi itulah caranya berkomunikasi dengan para perawatnya, dokter rumah sakit, keluarga dan temannya. Mereka menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip bila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya.

"Bukan main", kata Anda. Ya, itu juga reaksi semua yang membaca kisahnya. Buat kita, kegiatan menulis mungkin sepele dan menjadi hal yang biasa. Namun, kalau kita disuruh "menulis" dengan cara si Jean, barangkali kita harus menangis dulu berhari-hari. Betapa mengagumkan tekad dan semangat hidup maupun kemauannya untuk tetap menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa. Ia meninggal 3 hari setelah bukunya diterbitkan.

Jadi, "Berapapun problem dan stress dan beban hidup kita semua, hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan si Jean!" Apa yang a.l. ditulisnya di memoarnya itu? "I would be the happiest man in the world if I could just properly swallow the saliva that permanently invades my mouth".

Bayangkan, menelan ludah pun ia tak mampu :-(. Jadi kita yang masih bisa makan bakmi, ngga usahlah Bakmi Gajah Mada, indomie yang Rp 900 saja, seharusnya sudah berbahagia 100 kali lipat dibanding si Jean. Kita bahkan senantiasa mengeluh, setiap hari, sepanjang tahun. We are the constant whiners. Apa lagi yang dikerjakan Jean di dalam kelumpuhan totalnya selain menulis buku? Ia mendirikan suatu asosiasi penderita 'locked-in syndrome' untuk membantu keluarga penderita. Ia juga menjadi "bintang film" alias memegang peran di dalam suatu film yang dibuat TV Perancis yang menceritakan kisahnya.

Ia merencanakan buku lainnya setelah ia selesai menulis yang pertama. Pokoknya ia hidup seperti yang dikehendaki Penciptanya, 'to celebrate life', to do something good for others.