Kita sering mengartikan sahabat sebagai orang yang bersedia menerima kita apa adanya.
Dan memang benar, sahabat sejati selalu bersedia menerima kita, bahkan ketika kita sedang berada dalam kesulitan.
Karenanya, peran sahabat bisa lebih dekat dibandingkan dengan kerabat. Hebatnya lagi, persahabatan tidak hanya bisa dibangun antar manusia. Sebab, begitu banyak kisah tentang persahabatan antara manusia dengan mahluk lain.
Tetapi, pernahkah singgah dalam pikiran anda gagasan untuk bersahabat dengan perusahaan? Perusahaan memang bukanlah mahluk hidup.
Namun, serangkaian kegiatan yang terjadi didalamnya menjadikan perusahaan seperti sebuah organisme hidup. Memiliki beragam ciri layaknya mahluk hidup. Itu sebabnya, perusahaan bisa tumbuh dari kecil hingga besar.
Perusahaan bisa sangat sehat atau menderita sakit. Perusahaan bisa terus hidup atau mati. Sehingga kita bisa berkesimpulan bahwa perusahaan itu memiliki 'jiwa'.
Jika demikian, rasanya menjadi masuk akal bagi kita untuk bersahabat dengan perusahaan tempat kita mencari nafkah ini. Sekarang, cobalah kita renungkan; apakah kita bersedia menjadi sahabat baginya?
Jika sahabat kita sedang dilanda kesulitan, apa yang kita lakukan?
Kita berusaha mencarikannya jalan keluar.
Jika sahabat kita tengah dirundung kesedihan, kita memberinya penghiburan.
Dan jika sahabat kita sedang membutuhkan bantuan, maka kita mengulurkan tangan.
Jika perusahaan yang kini telah menjadi sahabat bagi kita ini sedang dilanda krisis, apa yang harus kita lakukan?
Kita tidak akan pernah tega membiarkannya terus menerus menderita.
Bukan karena kita merasa berkepentingan atas sejumlah penghasilan, atau takut terkena pemutusan hubungan kerja.
Melainkan karena kita merasa bahwa perusahaan ini sudah menjadi sahabat yang menemani perjalanan hidup kita sehari-hari.
Selama ini, dia sudah lama menjadi tempat yang bersedia menerima kedatangan kita setiap hari, tanpa ditanya; kamu siapa?
Dia tidak pernah menghujat; ngapain kamu datang kesini?
Dan dia, sahabat kita itu, tidak pernah mengusir kita.
Bayangkan, bertahun-tahun sudah dia menerima kehadiran kita dengan tangan terbuka. Dan perusahaan kita – sang sahabat itu – telah menerima kita, seperti halnya sebuah rumah kedua bagi kita.
Sekarang coba tengok sekali lagi; apakah perusahaan kita ikut terimbas oleh krisis ekonomi ini atau tidak?
Tanyakan kepadanya apakah kita bisa membantunya keluar dari krisis itu?
Mengapa?
Karena kita ini adalah sahabatnya kini.
Kita tidak mungkin membiarkan sahabat terkasih ini berjibaku dengan kesulitan demi kesulitan yang tengah menghimpitnya.
Lantas, bagaimana caranya menolong sahabat kita ini?
Bekerja dengan sungguh-sungguh adalah salah satu caranya.
Menghemat kertas dikantor, juga sangat membantunya.
Atau mematikan lampu kamar kerja ketika hendak makan siang, juga bisa meringankan beban. Dan lebih dari itu, kita perlu meningkatkan disiplin diri.
Datang ke kantor tepat waktu.
Melakukan makan siang sesuai dengan jatah waktu yang diberikan, serta mengurangi hal apapun yang tidak berdampak positif bagi perusahaan.
Mudah-mudahan, dengan kontribusi sekecil apapun yang kita berikan, kita bisa membantu sang sahabat sejati ini keluar dari krisis yang tengah menghimpitnya.
Source :
Dadang Kadarusman
http://www.dadangka darusman. com/Catatan Kaki: Kita sering khawatir perusahaan tidak bisa keluar dari krisis. Ironisnya, kita sering membiarkannya semakin terpuruk kedalam krisis dengan melakukan tindakan-tindakan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan disaat seharusnya kita kerja.