Seorang gadis di kampung nelayan hamil di luar nikah,
Setelah berkali-kali dipukuli, akhirnya ia mengaku bahwa bapak dari anak yang dikandungnya adalah Guru Zen yang merenung sepanjang hari di dalam kuil di luar desa.
Orangtua si gadis bersama banyak penduduk desa beramai-ramai menuju kuil.
Dengan kasar mereka menyerbu Guru yang sedang berdoa.
Mereka menghajarnya karena kemunafikannya dan menuntut bahwa ia sebagai bapak anak itu wajib menanggung biaya untuk membesarkannya.
Jawaban Guru itu hanyalah, 'Baiklah, baiklah.'
Setelah orang banyak pergi meninggalkannya, ia memungut bayi itu dari lantai.
Ia minta supaya seorang ibu dari desa memberi anak itu makan dan pakaian serta merawatnya atas tanggungannya.
Guru itu jatuh namanya.
Tidak ada lagi orang yang datang untuk meminta wejangannya.
Ketika peristiwa itu sudah berlalu satu tahun lamanya, gadis yang melahirkan anak itu tidak kuat menyimpan rahasianya lebih lama lagi.
Akhirnya ia mengaku, bahwa iatelah berdusta.
Ayah anak itu sebetulnya adalah pemuda di sebelah rumahnya.
Orangtua si gadis dan para penduduk kampung amat menyesal.
Mereka bersembah sujud di kaki Guru untuk mohon maaf dan meminta kembali anak tadi.
Guru mengembalikannya dan yang dikatakannya hanyalah: 'Baiklah. Baiklah!'
Orang yang sungguh-sungguh sadar!
Kehilangan nama?
Tidak banyak berbeda dengan kehilangan kontrak yang mau ditandatangani dalam mimpi.
Friday, October 2, 2009
Baiklah . . . . . .Baiklah
Posted by DJODI ISMANTO at 2.10.09
Category Inspiration
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment