Myspace Backgrounds

Saturday, October 13, 2007

Chung Ju-Hyung Part I



Apabila anda belum mengenal sosok ini rasanya cukup beralasan, tapi kalo saya sebut perusahaannya yang merupakan perusahaan otomotif terbesar di Korea tentu anda akan sedikit meraba-raba kira2 perusahaan otomotif tersebut apa?, apakah KIA, atau Hyundai ?, sebenarnya kalaupun anda menjawab KIA ataupun Hyundai sama-sama benar karena memang kedua perusahaan otomitif tersebut dimiliki oleh Chung Ju-Hyung, tapi bukan perusahaan tersebut yang coba saya ceritakan tapi perjalanan seorang Chung Ju-Hyung sebagai pendiri perusahaan tersebut.


Chung Ju-Hyung adalah anak pertama dari 8 bersaudara dari seorang petani miskin pada November 1915 di Asan-Ri, Songjun-Myung daerah pegunungan terletak di sebelah utara korea, walaupun orang tuanya masih keturunan Chung Mong-Ju penyebar ajaran Konfusius terkemuka menjelag akhir era kerajaan korea tapi keadaan ekonomi keluarganya cukup memperihatinkan.Ia pernah belajar selama tiga tahun di sekolah kampung tempat kakeknya menjadi kepala sekolah. Di sini ia harus menghapal ajaran konfusius yang ternyata sangat mempengaruhi hidupnya di kemudian hari dan menjadi falsafah perusahaannya.



Untuk menghidupi keluarganya, orang tua Ju-Hyung bekerja dengan tekun sejak pagi buta hingga larut malam, Ju-Hyung sebagai sulung seperti ayahnya di harapkan mengasuh ke 7 adiknya kelak. Sejak umur 10 th Ju-Hyung kecil harus bangun pukul 4 pagi dan dalam udara dingin haris berjalan 8 Km menuju ladang dan bekerja disana. Ayahnya bertekad menggemblengnya menjadi petani yang tangguh.
Ju-Hyung juga bersekolah hingga tamat SD th 1931, walaupun menurut pengakuannya ia hampir tidak belajar apa-apa di sekolah karena kesibukannya membantu keluarga. Saat bekerja di ladang ia sering bertanya-tanya dalam hati, “Apakah ia mau bertahan setiap hari membanting tulang dengan hasil yang tidak memadai seperti ini ?”, ia harus keluar dari pola kehidupan keluarganya saat ini, begitu tekad yang terpendam di hati Ju-hyung yang memasuki masa remaja ini.Karena tekadnya yang membara inilah ia pernah kabur 4 kali dari rumah untuk merubah nasib keluarganya, Ia terinspirasi oleh kisah bersambung yang di tulis pada hariang dong-a, satu-satunya koran yang bisa di temukan didesanya, karena terpengaruh oleh cerita ini ia bertekad ke Seol untuk belajar ilmu hukum dan menjadi pengacara terkenal, sejak itu ia sering melahap buku-buku tentang hukum yang kelak membantunya dalam meniti karir.


Melalui kegemaran membaca koran inilah impian imajinasi Ju-Hyung semakin liar tentang masa depannya.
Pertama dia kabur dari rumah setelah membaca informasi pada korang Dong-a bahwa pelabuhan sedang di bangun di Chugjhin yang letaknya ratusan kilometer dari tempat tinggalnya, pada satu kesempatan bersama temannya ia kabur dari rumah dan sempat bekerja menjadi kuli pembuat jalan kereta api, tapi baru 2 bulan ayahnya menemukannya dan membawanya pulang, tidak lama sesudah pulang Ju-hyung kabur lagi dari rumahnya tapi terkejar ayahnya di perjalanan.


Dan pada 10 April 1932, di koran ia melihat iklan sekolah akunting. Ia mencuri uang ayahnya 70 Won hasil penjualan sapi dan melarikan diri pada malam hari, sekali ini ia menumpang kereta ke Seoul. Sisa uang yang dibawanya Cuma cukup untuk membayar sekolah, makan, dan podokan.Disekolah akunting ini ia sangat giat belajar, usai belajar di sekolah ia mengurung diri diasarama membaca habis beberapabuku di antaranya riwayat Napoleon, biografi Abraham Lincoln, dan Sam Koh (tiga kerajaan). Tokoh-tokoh dalam buku ini mengilhaminya untuk mencapai kebesaran jiwa. Sialnya potongan iklan sekolah tersebut tercecer di rumah sehingga orang tuanya dapat menemukannya kembali, untuk meluluhkan hati Ju-Hyung yang tidak mau kembali ayahnya menceritakan bahwa keadaan keluarganya di ambang kemiskinan karena ulah Ju-Hyung yang selalu kabur sehingga menghabiskan biaya untuk mencarinya.


Puncak pelarian Ju-hyung terjadi ketika desanya mengalami bencana alam, ia pun pergi ke Seoul bersama temannya yang meskipun temannya berubah pikiran di jalan, Ia tetap pada pendiriannya. Impian untuk sukses menggerakkan jiwanya untuk tidak menyerah dan berani mengadu nasib di pelabuhan Inchon, disana ia menjadi pekerja serabutan, mulai menjadi kuli pelabuhan sampai membawa barang penumpang, karena setelah sekian lama tidak mengalami perubahan nasib ia pindah ke soul dan bekerja sebagai kuli dalam pembangunan Untiversitas Korea, dalam masa ini ia terus berusaha mencari pekerjaan tetap, pernah bekerja di pabrik gula kemudian keluar, hingga akhirnya menjadi pegawai toko pertanian, di toko ini lah dia mulai mendapatkan imbalan yang layak dan ditopang oleh etos kerjanya sehingga banyak memikat pelanggan, sampai kepada kepercayaan yang di berikan Bosnya untuk mengelola toko, dari hasil kerja keras inilah ia mampu membelikan tanah untuk keluarganya di Tongchon, sampai satu saat dia diminta pulang yang teryata orang tuanya menjodohkannya dengan perempuan di kampungnya.


Karena Impian yang begitu kuat untuk sukseslah ia kembali ke Seoul dan mengontrak rumah di lokasi strategis yang menghadap jalan, kemudian ia membuka toko pertanian dengan nama Firma Kyongil, namum baru 2 tahun merintis tokonya jepang meyerbu tiongkok dan untuk keperluan perang, jepang menyita semua hasil pertanian dan menutup tokonya dan iapun kembali ke kampung halamannya.


Sampai disini Ju-Hyung Tidak menyerah, ia kembali ke Seoul dengan membuka bengkel perbaikan kendaraan bermotor. Pada tahun 1940 ia mengambil alih manajemen bengkel “A-do Service”. Untuk keperluan ini ia menghabiskan 5000 won namun baru 5 hari membeli bengkel ini api melahap bengkelnya dan menghabiskan isinya. Tapi baginya api hanya bisa menghabiskan bengkelnya bukan impiannya, tanpa uang sepeserpun akhirnya ia berhtang pada pelanggan lamanya sebesar 3000 won dan kembali membuka bengkel tersebut dengan jumlah pegawai 50 orang, bengkel ini pun tidak berjalan mulus, polisi jepang sering mendatangi bengkelnya karena tidak berizin, namun karena kecerdiaknnya ia dapat bernegosiasi dan memindahkan bengkelnya ke tempat tersembunyi sehingga seolah2 polisi jepang tidak melihantnya.


Sejak saat itu bengkelnya berkembang pesat.Ketika persaingan bengkel semakin ketat Ju-hyung menerapkan strategi pelayanan cepat walaupun hal itu di barengi dengan kenaikan tarif namun pelanggannya malah bertambah karena pelayanan servis yang cepat tersebut. Pada tahun 1941 pukulan kembali datang, imperialis jepang memulai perang pasifik dan mewajibkan semua usaha di rampingkan agar cocok menghadapi perang dan banyak perusahaan korea harus merger dengan perusahaan jepang termasuk “A-do Service”.


Setelah bisnis ini runtuh, dengan uang tabungannya Ju-Hyung membeli 30 Truck dan memulai bisnis transportasi untuk mengangkut hasil pertambangan, namun partner usahanya selalu merongrongnya sehingga terpaksa menjual usahanya seharga 50.000 won, harga tersebut sebenarnya tidak sebanding dengan nilai usahanya pada saat itu.

Ju-hyung kembali ke Seoul dan bersama seorang temannya membeli tanah persis di tengan kota. Ju-Hyung memancangkan papan nama dengan nama Hyundai motor Industri Co dan Hyundai Auto repair works. Pada tahun 1946 pasukan amerika serikat ditempatkan di korea dengan armada kendaraan dalam jumlah besar dan karena hyundai berpengalaman dalam memperbaiki kendaraan, ia pun mendapat kepercayaan dari pelanggan ternasuk kendaraan perang AS.


Untuk membesarkan usahanya ia meminjam kebalai kota dan mendapatkan pinjaman 1 juta won, namun ia penasaran karena ada yang mendapatkan pinjaman 10 juta won, dan ia memperoleh jawaban bahwa perusahaan konstruksi jauh lebih menarik bagi para investor. Merasa tertantang diapun mendirikan Hyundai Civil engineering Co pada tahun 1947.Pada tahun 1950 Ju-Hyung menggabungkan Hyundai Civil Engineering dan Hyundai Motor company menjadi Hyundai Engineering & Construction Co. Ltd yang di kemudian hari menjadi cikal bakal Hyundai Enterprises Group.


Saat Ju-Hyung akan melakukan ekspansi pada bulan juni pecahlah perang korea sehingga Hyundaipun berantakan. Ia dan keluarganya mengungsi dan harus mulai lagi dari bawah. Pada september 1950 Amerika mendarat di Inchon dan seorang adik Ju-Hyung menjadi penterjemah. Pada saat itu amerika menggelar banyak proyek pembangunan dan membutuhkan perusahaan konstruksi yang dapat di percaya, tanpa pikir panjang adik Ju-Hyung merekomendasikan kakaknya kepada amerika sehingga Hyundai Construction mendapatkan proyek pembangunan dok perkapalan inchon yang menjadikan pengalaman dasar untuk memperoleh proyek internasional.Pada tahun 1953 gencatan senjata ditandatangani antara korea utara dan korea selatan. Menghindari masuknya penjajah baru korea bertekad membangun ekonomi berdasarkan kekuatan sendiri sehingga Hyundai mulai menerima tawaran dari dalam negri, namun saat itu inflasi menggila sehingga Ju-hyung mengalami kerugian yang hebat dalam proyek pembanguan Golyong di atas suangai Nakdong.


Menghadapi kerugian ini Ju-Hyung hanya berkata “ Ini bukan kerugian tapi cobaan baru.” Prinsipnya, saat itu yang penting ia berhasil mempertahankan reputasi bisnisnya walaupun untuk membayar hutangnya di butuhkan 20 tahun.
Pada tahun 1957 Hyundai kembali memperoleh kepercayaan untuk memperbaiki pelabuhan Inchon, untuk memenuhi kekurangan peralatan yang cukup besar ia menugaskan teknisinya untuk mencuri pandang ke markas AS dan membuat tiruannya, setelah itu banyak proyek di korea di tangani Hyundai sehingga menjadikan Hyundai satu dari 5 perusahaan konstruksi terkemuka korea.


Pada tahun 1962 pembangunan pabrik semen danyang dimulai dan Ju-Hyung setiap minggu malam selama 2 tahun pasti datang ke pabrik tersebut untuk melakukan supervisi, dan karena ketekunananya pabrik tersebut rampung 6 bulan lebih cepat dari rencana semulai januari 1970, pabrik tersebut berubah menjadi Hyundai Cement Co. Ltd. Karena kemajuan industri di korea dan devisa di batasi sehingga satu-satunya jalan adalah ikut berkompetisi di persaingan internasional, dan parah bagi Ju-Hyung kemenangan tender pertamanya di luar negri tepatnya pembangunan jalan di thailand berakhir dengan kegagalan dan kerugian besar.


Belajar dari kerugian besar saat menggarap perbaikan jembatan Golyong dan pembangunan jalan di thailand, Hyundai berhasil meraup untung dari proyek jalan lain di thailand, proyek markas militer, perumahan di Guam, dan masih banyak lagi, sehingga pada tahun 1968 Hyundai membangun jalan bebas hambatan sepanjang 428 Km dari Seoul ke Pusan, dua tahun sebelumnya tepatnya desember 1966 Hyundai motor Company didirikan, perusahaan dengan produksi 1 juta unit pertahun ini pernah menjadi perusahaan otomitif terbesar di korea namun krisis tahun 1997-1998 membuatnya merosot hebat tp di penhujung 1998 untuk pengembangan industrinya Hyundai membeli KIA Motor Corporation


Regards,
Djodi Ismanto
http://www.djodiismanto.blogspot.com/

No comments: