Myspace Backgrounds

Tuesday, April 29, 2008

Kelihatan Aslinya . . . . . .


"Dalam situasi mendesak, genting atau dalam tekanan yang tinggi, Anda akan tahu siapa Anda sebenarnya."

Kepanikan terjadi di pesawat Silk Air SLXXX penerbangan Penang - Medan yang dijadwalkan mendarat di Bandara Polonia pukul 13:05 WIB, minggu lalu. Hanya beberapa menit menjelang pendaratan seorang anak laki-laki usia sekitar 6 tahun --yang entah kenapa bisa masuk ke kamar kecil sendirian, terkunci di dalam! Padahal seluruh kru dan penumpang sedang dalam persiapan pendaratan.

Penumpang telah diminta menaikkan sandaran kaki, menegakkan tempat duduk, membuka kaca jendela dan mengenakan sabuk pengaman. Dari ketinggian, landasan sudah terlihat dan pesawat perlahan turun mendekati landas pacu.

Anak laki-laki itu terus berteriak dan menggedor pintu, sementara seorang pramugari berusaha sekuat tenaga untuk membuka pintu dari luar. Tidak berhasil.

Terlihat ia semakin panik, terlebih si Anak terus berteriak. Ayah dan Ibu anak itu beranjak dari tempat duduk mereka dan bergantian berusaha menenangkan si buah hati. Untuk sementara berhasil.

Sebaliknya si Pramugari terlihat tegang meskipun secara professional ia berusaha tetap tenang. Jari-jari kecilnya tidak terlalu kuat untuk bisa mencongkel kunci pintu dari luar. Pramugari yang lain sudah duduk di tempatnya masing-masing untuk pendaratan.

Saya berpikir, seandainya anak itu tidak berhasil dikeluarkan dari kamar kecil, sesuai prosedur keselamatan penerbangan yang saya tahu, pastilah pilot akan membatalkan pendaratan.

Tetapi sebelum semua itu terjadi, seorang bergegas pramugara datang dari arah depan. Awak pesawat lain barangkali memanggil bantuan. Dengan sebuah alat kecil, kunci berhasil dibuka.

Si anak keluar dan berlari ke arah orangtuanya, si pramugari terlihat lega, meskipun belum bisa tersenyum. Sambil mengencangkan sabuk pengaman, saya lihat si pramugari berkali-kali menarik nafas panjang sambil memenepuk-nepuk dada. Sangat lega barangkali.

Bayangkan, seandainya kejadian kecil dalam area tanggungjawabnya itu sampai menyebabkan pendaratan dibatalkan, mungkin ia akan ada proses investigasi kenapa sampai ada anak kecil masuk kamar kecil sendirian menjelang pendaratan. Diam-diam saya pun ikut lega.

Dari peristiwa kecil ini saya mempunyai catatan kecil.

Memperhatikan sikap orang-orang di sekitar tempat itu yang tidak berbuat apa-apa (selain menyalahkan orangtua si anak, barangkali), pramugari yang terlihat panik meskipun menjalankan tugasnya secara professional, awak pesawat lain yang menghadapi dilema antara datang membantu dengan prosedur yang harus ditaatinya, serta terlebih lagi orangtua si anak yang juga terlihat pucat.

Pada akhirnya saya menyimpulkan, kita semua ini manusia biasa.

Atribut, topeng-topeng yang kita kenakan akan rontok dengan sendirinya ketika sebuah peristiwa memaksa.

Betapa pun gagahnya mereka ketika masuk pesawat, pada akhirnya kegagahan itu luntur ketika sebuah peristiwa kecil tapi mendebarkan terjadi. Bukankah siapa kita sesungguhnya akan terlihat ketika kita dihadapkan kepada situasi yang mengancam?

Kanyahoan aslina, kata orang Jawa Barat.

Djodi Ismanto

No comments: