Si orang bijak bercerita:
Alkisah, seorang firaun memiliki ruang rahasia di kuburan piramidnya yang dibangun sewaktu ia masih hidup, di mana berbagai hartanya disimpan dan dipercaya akan menjadi bekalnya di dunia akhirat.
Namun, seorang pekerja pembangun ruangan yang dulu, diam-diam tanpa diketahui,berhasil lolos ketika para pembuat ruangan rahasia itu dibunuh setelah ruangan itu jadi, bercerita kepada dua orang anaknya,
“Aku akan mati sebagai orang miskin, tapi kalian dapat masuk ke ruangan harta karun melalui peta rahasia ini sebagai warisan, karena firaun adalah seorang tiran, dan sesungguhnya ia menghisap kekayaan dari orang-orang miskin seperti kita.”
Ketika dua anak itu kemudian berhasil mengambil sebagian harta itu berkat peta warisan, salah seorang di antara mereka terjebak oleh perangkap rahasia.
“Penggal dan bawa pergilah kepalaku ! Karena kalau para penjaga mengenali wajahku, bukan hanya aku yang mati, tapi kamu juga akan bernasib sama, “desaknya kepada saudaranya.
Mereka berdebat beberapa lama, tapi akhirnya saudaranya bisa dibujuk untuk melakukannya, dan akhirnya bisa lolos dengan selamat.
Firaun yang baru kaget dan marah mengetahui bahwa pencuri telah memasuki kuburan ayahnya. Dan ia lebih kesal lagi hanya mendapati sesosok mayat tanpa kepala.
Ia memerintahkan agar mayat itu diikatkan di sebuah tembok, dan dijaga siang malam, dengan harapan bahwa keluarga yang merasa memiliki jenazah itu akan menginginkannya, dan jika mereka mengklaimnya, ia akan ditangkap,
Ternyata saudaranya yang masih hidup ini seorang yang panjang akal. Ia membeli beberapa kantung anggur keras, memuatkan mereka pada seekor keledai, dan pada suatu malam melepaskannya di dekat para petugas penjaga jenazah.
Para pengawal itu mengambil kantung-kantung anggur dan minum hingga mabuk. Saat mereka lengah sang saudara mengambil mayat itu dan menguburkannya secara layak.
Si Orang Bijak kembali berkata,
“ Cerita ini sesuai dengan kerja dari pikiran. Harta karun itu melambangkan ilmu pengetahuan, sang firaun adalah kecenderungan pikiran yang sesat untuk menghalangi orang untuk belajar sesuatu yang berguna bagi mereka.
Sang ayah adalah orang yang mengetahui bagaimana cara mendapatkan pengetahuan,sedang dua orang anaknya adalah dua kondisi dari pikiran.
Anak pertama merepresentasikan fungsi pikiran yang gigih namun imajinatif; sedang saudaranya menunjukkan prinsip pikiran yang aktif dan selalu bisa bertahan, yang tak kalah cerdiknya dengan yang satunya.”
“Dengan cara demikianlah baik seperti pada anak pertama atau kedua” , lanjut si orang bijak, “ pelayanan terhadap kemanusiaan berlanjut. Camkanlah bahwa pengajaran berlangsung dengan jalan yang istimewa.”
“ Tidak penting apakah cerita ini nyata atau rekaan sebab yang terpenting ia sesuai untuk menjadi ilustrasi pengajaran.”
see article on :
http://www.pwsmedan.blogspot.com/
http://www.pwsmedan.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment