Myspace Backgrounds

Tuesday, April 29, 2008

Kelihatan Aslinya . . . . . .


"Dalam situasi mendesak, genting atau dalam tekanan yang tinggi, Anda akan tahu siapa Anda sebenarnya."

Kepanikan terjadi di pesawat Silk Air SLXXX penerbangan Penang - Medan yang dijadwalkan mendarat di Bandara Polonia pukul 13:05 WIB, minggu lalu. Hanya beberapa menit menjelang pendaratan seorang anak laki-laki usia sekitar 6 tahun --yang entah kenapa bisa masuk ke kamar kecil sendirian, terkunci di dalam! Padahal seluruh kru dan penumpang sedang dalam persiapan pendaratan.

Penumpang telah diminta menaikkan sandaran kaki, menegakkan tempat duduk, membuka kaca jendela dan mengenakan sabuk pengaman. Dari ketinggian, landasan sudah terlihat dan pesawat perlahan turun mendekati landas pacu.

Anak laki-laki itu terus berteriak dan menggedor pintu, sementara seorang pramugari berusaha sekuat tenaga untuk membuka pintu dari luar. Tidak berhasil.

Terlihat ia semakin panik, terlebih si Anak terus berteriak. Ayah dan Ibu anak itu beranjak dari tempat duduk mereka dan bergantian berusaha menenangkan si buah hati. Untuk sementara berhasil.

Sebaliknya si Pramugari terlihat tegang meskipun secara professional ia berusaha tetap tenang. Jari-jari kecilnya tidak terlalu kuat untuk bisa mencongkel kunci pintu dari luar. Pramugari yang lain sudah duduk di tempatnya masing-masing untuk pendaratan.

Saya berpikir, seandainya anak itu tidak berhasil dikeluarkan dari kamar kecil, sesuai prosedur keselamatan penerbangan yang saya tahu, pastilah pilot akan membatalkan pendaratan.

Tetapi sebelum semua itu terjadi, seorang bergegas pramugara datang dari arah depan. Awak pesawat lain barangkali memanggil bantuan. Dengan sebuah alat kecil, kunci berhasil dibuka.

Si anak keluar dan berlari ke arah orangtuanya, si pramugari terlihat lega, meskipun belum bisa tersenyum. Sambil mengencangkan sabuk pengaman, saya lihat si pramugari berkali-kali menarik nafas panjang sambil memenepuk-nepuk dada. Sangat lega barangkali.

Bayangkan, seandainya kejadian kecil dalam area tanggungjawabnya itu sampai menyebabkan pendaratan dibatalkan, mungkin ia akan ada proses investigasi kenapa sampai ada anak kecil masuk kamar kecil sendirian menjelang pendaratan. Diam-diam saya pun ikut lega.

Dari peristiwa kecil ini saya mempunyai catatan kecil.

Memperhatikan sikap orang-orang di sekitar tempat itu yang tidak berbuat apa-apa (selain menyalahkan orangtua si anak, barangkali), pramugari yang terlihat panik meskipun menjalankan tugasnya secara professional, awak pesawat lain yang menghadapi dilema antara datang membantu dengan prosedur yang harus ditaatinya, serta terlebih lagi orangtua si anak yang juga terlihat pucat.

Pada akhirnya saya menyimpulkan, kita semua ini manusia biasa.

Atribut, topeng-topeng yang kita kenakan akan rontok dengan sendirinya ketika sebuah peristiwa memaksa.

Betapa pun gagahnya mereka ketika masuk pesawat, pada akhirnya kegagahan itu luntur ketika sebuah peristiwa kecil tapi mendebarkan terjadi. Bukankah siapa kita sesungguhnya akan terlihat ketika kita dihadapkan kepada situasi yang mengancam?

Kanyahoan aslina, kata orang Jawa Barat.

Djodi Ismanto

Monday, April 28, 2008

Menanam Singkong


Di belakang kantor…ada sepetak tanah kosong… berukuran 6 x 1 meter…
Daripada terbengkalai, kami sepakat untuk memanfaatkannya.
Bibit singkongpun dibawa dari kampung salah satu karyawan , dan tanahpun ditanamin.

Seminggu berlalu, tunas-tunas baru bermunculan.Senang rasanya melihat hadirnya tanda-tanda kehidupan.

Alam memang ajaib.
Batang kayu ditancap, muncul pohon, luarbiasa...
Jika tidak ada aral merintang, dalam tiga bulan kami akan pesta singkong…

Didalam kantor …Dengan team sales, kita sedang membahas pengembangan usaha …Maka menanam singkongpun dijadikan contoh…Supaya usaha berkembang tiga bulan kemudian, kita harus menanam sing… eh pelanggan baru.

Di Perumahan , dengan warga sekitar kita menanam interaksi menjalin komunikasi dan keharmonisan demi keamanan , kenyamanan dan kedamaian hidup secara kebersamaan.

Di Organisasi , Dengan rekan - rekan sedulur , salembur, sekampung kita sharing menanam ilmu via website , bukankah ilmu harus dibagi . . . .dan pengalaman harus di sharing , apalagi jika kita ingat kata bijak , pengalaman adalah guru yang terbaik . . . entah dari mana pengalaman itu berasal bukanlah persoalan.

Sekarang saatnya bekerja keras menggarap tanah dan menyemai benih.Jika semuanya dilakukan dengan benar, maka kita akan memanen omset , amal dan ilmu dalam hitungan waktu..

Sudahkah Anda menanam " singkong " hari ini ?
Source :
Johny Rusly

Kuat Karena Didera Kesulitan


Penduduk sebuah desa baru saja selesai membangun jembatan secara swadaya. Tetapi, saat beberapa Pick Up Mitsubishi T 120 SS bermuatan berat berjalan di atasnya, jembatan tersebut melengkung dan bergoyang-goyang. Penduduk desa sangat kecewa karena mereka merasa sudah membangun jembatan tersebut dengan benar.

Akhirnya, Kepala Desa meminta pertolongan dari seorang ahli pembuat jembatan untuk memperbaiki jembatan tersebut.
Sang ahli , si Mr. Ontohot melakukan pemeriksaan dengan cermat, dan menyanggupi untuk memperbaiki jembatan tersebut dalam waktu satu bulan.

Saat perbaikan selesai, penduduk desa berkumpul di sekitar jembatan tersebut. Kayu jembatan telah diganti, tetapi tidak ada perubahan sama sekali pada ukuran kayu dan konstruksi jembatan. Penduduk bertanya-tanya apakah yang akan terjadi jika jembatan itu diberi beban yang berat.

Ketika beberapa Pick Up Mitsubishi L300 bermuatan penuh hasil bumi desa itu dinaikkan ke atas jembatan tersebut, penduduk desa merasa heran karena kali ini tak nampak adanya lengkungan sama sekali.

Seorang penduduk bertanya, "Sulap macam apa yang sudah Anda lakukan Mr. Ontohot ?"

Dengan tertawa ringan, si Mr. Ontohot , sang pembangun jembatan mengatakan,

"Sama sekali tidak ada sulap atau tipuan apa pun yang saya gunakan. Untuk menahan beban yang berat, jembatan ini membutuhkan beberapa batang pohon yang sangat kuat. "
"Batang pohon yang kalian gunakan berasal dari lembah, dan ternyata tidak mampu menahan beban berat. Saya hanya mengganti batang pohon tersebut dengan batang pohon yang berasal dari puncak gunung".

" Terpaan angin kencang yang sering melanda puncak gunung membuat pohon yang tumbuh di sana memiliki batang yang berkekuatan yang luar biasa, jauh melebihi pohon yang tumbuh di daerah lain."

So Dear Friends,
Terpaan angin kencang dengan mudah akan dapat menumbangkan pohon-pohon yang rapuh dan berakar dangkal. Tetapi, sebaliknya terpaan angin kencang yang sama justru akan memperkuat pohon-pohon yang kokoh dan berakar dalam.

Dalam kehidupan sehari-hari 'terpaan angin kencang' berupa masalah, kegagalan, beban kehidupan, konflik rumah tangga, dan berbagai hal negatif lainnya dapat dengan mudah menghancurkan orang-orang rapuh yang tidak memiliki semangat juang dan menjalani hidup tanpa tujuan.

Sebaliknya, kesulitan-kesulitan yang sama justru akan dapat memperkuat orang-orang yang memiliki semangat juang tinggi, dengan tujuan hidup yang pasti, serta keteguhan hati yang kuat.

Kebanyakan orang-orang yang sukses adalah mereka yang dulunya hidup dalam himpitan kesukaran, tetapi mereka berhasil mencapai sukses karena mereka memperkuat 'akar' keteguhan hatinya, dan terus menerus membangun kemampuan untuk mengatasi kesulitan tersebut.

Mereka tidak akan pernah dapat mencapai sukses jika mereka melarikan diri dari kesukaran yang harus mereka hadapi. Kita akan kehilangan kesempatan untuk mencapai sukses jika kita selalu melarikan diri dari setiap kesulitan yang harus kita hadapi.

Jika Anda ingin mencapai sukses, tak perlu kita mengeluh, tak ada guna kita menghindar, tapi hadapi setiap 'terpaan angin kencang' dengan sikap mental positif, sebagai latihan untuk memperkuat diri dan persiapan untuk mencapai sukses..

"Jangan pernah terlintas dipikiran kita bahwa kesuksesan bisa diraih dengan bantuan tangan orang lain,walaupun itu berasal dari orang terdekat kita...Kesuksesan hanya bisa diraih dengan bantuan diri kita sendiri, Allah SWT dan doa yang tak pernah putus-putusnya.

Jadi berjuanglah..."

Salam,

Friday, April 25, 2008

HANSEI


Dalam bahasa Jepang , hansei berarti perenungan.

Dalam manajemen bisnis, hansei berarti peninjauan ulang secara cermat yang dilakukan setelah tindakan diambil.

Manajemen Toyota pun mengembangkan teknik Hansei ini.
Hal ini dituliskan dalam buku “Rumus Sukses Toyota” oleh Matthew E. May.
Yang menarik adalah bagi Toyota, apapun hasilnya Hansei harus dilakukan.

Tidak perduli hasil akhirnya sukses atau gagal, mereka tetap harus meninjau hasilnya.

Mereka tidak larut dalam euphoria kegembiraan yang berlebihan meskipun mereka juga merayakan kemenangan-kemenangan yang kecil sekalipun.

Dalam kultur barat, Hansei hanya dikenal di sedikit perusahaan.
Mereka berjibaku dalam tindakan namun menjadikan perenungan bukanlah sebagai hal penting.

Inti dari Hansei adalah ini :
Hansei dilakukan secara rutin, tidak soal apa hasil kinerjanya!

Hansei berlawanan dengan pola pikir KALAU TIDAK RUSAK BUAT APA DIPERBAIKI.
Kebanyakan kita masih menunggu rusak baru diperbaiki…

Pada kebanyakan perusahaan - perusahaan Group Astra , Hansei ini dikenal dengan PDCA cycle.

Buat karyawan yang " positive " PDCA berarti :
Plan
Do
Check
Action

Buat karyawan yang " negative " PDCA berarti :
Pasrah
Dan
Cuek
Aja

Nah , anda ternasuk yang mana ?
Source :
Guk Seta

Thursday, April 17, 2008

BAGIAN TERINDAH DARI PERJALANAN


"Akhir pekan lalu," demikian kata salah seorang rekan.
"Kami berlibur keluar kota dan bermalam di tempat yang sudah lama kami angankan.
Udaranyasejuk.
Pemandangannya luar biasa cantik.

Apa yang kami lihat jauh lebih indah daripada yang kami bayangkan sebelumnya.
Liburan yang benar-benar menyenangkan.
Suatu saat cobalah kau berkunjung ke sana."

Rekan tadi terdiam sejenak, lalu ia melanjutkan,
"Namun, di saat pulang aku sadari, ternyata bagian terindah dari liburan ini adalah perjalanan kembali ke rumah."

Sejauh-jauh kita pergi, rumah adalah tempat kembali.
Dari rumah jualah semestinya kita memulai.

Banyak orang mencari ketentraman di luasnya dunia,namun yang dicari tergolek tak jauh dari sudut rumah sendiri.

Mustahil kita temukan kedamaian di luar sana, sebelum kita tanam di halaman rumah nurani.

Dan, rumah terbaik adalah hati ini.

Karenanya, mulailah dari hati, lalu kembalilah pada hati.

KEBERHASILAN DI BALIK PEMBERIAN


Dengan apakah keberhasilan anda ukur?
Apakah dengan seberapa tebal kantung pundi-pundi yang anda miliki?
Apakah dengan seberapa tinggi puncak kekuasaan yang anda daki?
Ataukah dengan seberapa panjang barisan pengagum yang mengikuti?

Kebanyakan orang mengukur keberhasilan mereka dengan penggaris kepemilikan.
Mereka merasa berhasil saat mampu mengumpulkan apa yang mereka inginkan :

kekayaan,
kedudukan,
ketenaran,
bahkan kehormatan.
Itu bukanlah masalah,karena setiap orang berhak memberikan makna apa pun pada pencapaiannya.

Namun, bagaimana bila kita coba ukur keberhasilan bukan dengan seberapa banyak yang bisa kita raih dan kumpulkan, melainkan dengan apa yang bisa kita beri dan sumbangkan?

Tentu kita akan lihat dunia ini dengan pandangan yang jauh berbeda.
Bahkan, mungkin bisa kita reguk kebahagiaan yang lebih berharga.
Cobalah.

7 Syarat Jadi Pemimpin


Sebagai manajer, mungkin Anda belum dituntut punya kualitas kepemimpinan setara dengan Nancy Pelosi, Ketua "DPR"-nya Amerika. Tapi berkaca pada mereka, Anda bisa jadi pemimpin andal. Asalkan memenuhi 7 syarat berikut ini.

1. Problem solver

Seorang pemimpin dituntut mampu membuat keputusan penting dan mencari jalan keluar dari permasalahan. Jika tak mau julukan Mister / Miss No Solution tercetak di punggung, mulailah bertindak tegas dan hapus kebiasaan Anda bersikap plin-plan.

Jangan pula memupuk kebiasaan melarikan diri dari tanggung jawab. Sebagai "nakhoda", Anda-lah yang berkewajiban mengemudikan "kapal" ke arah yang benar.

2. Besikap positif

Setiap orang tak luput dari kesalahan Bila hal ini menimpa anak buah Anda, jangan langsung mencecarnya dengan "segudang" omelan. Selidiki latar belakang permasalahan sehingga Anda bisa bersikap proporsional.

Jika Anda yang melakukan kesalahan, tak perlu ragu mengakuinya dan meminta maaf kepada orang-orang terkait. Jangan lupa melakukan perbaikan untuk "menebus" kekeliruan Anda tersebut.

3. Komunikasi,

komunikasi! Karyawan sebaik apapun akan kehilangan arah bila dibiarkan "berjalan dalam gelap". Sebagai pemimpin, Anda perlu menerangkan sejelas mungkin tentang tujuan bersama yang hendak diraih dan strategi mencapainya.

Bekali pula anak buah dengan penilaian terhadap hasil kerjanya selama ini, sehingga mereka bisa belajar cara melakukan tugas dengan benar. Pelihara komunikasi dua arah dengan bawahan dan mintalah feedback dari mereka setiap kali Anda meluncurkan kebijakan baru.

4. Menjadi inspirasi

Seorang pemimpin harus mampu menetapkan standar dan jadi contoh bagi anak buahnya. Jadilah inspirasi bagi bawahan. Up date benak Anda dengan informasi terkini, tidak pelit membagi pengalaman, dan patuhi peraturan yang Anda buat sendiri-misalnya, selalu tiba di kantor on time.

5. Tumbuhkan motivasi

Berikan penghargaan terhadap prestasi-sekecil apapun itu, yang dilakukan anak buah Anda. Bahkan karyawan yang paling hobi telat sekalipun akan berusaha memperbaiki diri apabila Anda memujinya ketika ia datang tepat waktu (apalagi bila pujian itu diberikan tanpa terkesan menyindir).

Secara berkala, ajukan pula pertanyaan serta tantangan yang mampu merangsang kreativitas berpikir anak buah Anda. Misalnya meminta pendapat mereka atas sebuah proyek kecil. Atau minta ide mereka untuk merubah posisi ruangan kantor.

6. Hubungan baik

Jalin hubungan profesional dan interpersonal yang harmonis dengan seluruh anak buah. lngat, di batik statusnya sebagai bawahan, karyawan adalah pribadi yang memiliki latar belakang unik dan permasalahan tertentu. Luangkan waktu untuk mengenal karyawan secara personal sehingga Anda mampu melakukan coaching tepat sasaran.

7. Turun gunung

Mentang-mentang kartu nama telah dihiasi title manajer, lantas Anda merasa bebas dari kewajiban dan melakukan dirty job atau pekerjaan anak buah. Seorang pemimpin akan dihargai anak buahnya apabila ia bersedia terjun ke lapangan dan tak asal main perintah saja. Semakin hebat lagi hormat anak buah bila pekerjaan itu bisa dilakukan dengan lancar.

Turun gunung, masuk lumpur, itu perlu karena akan menunjukkan kualitas Anda kepada anak buah.
Perempuan punya kualitas "lebih" Perempuan memiliki ciri khas yang amat berguna dalam posisi sebagai pemimpin. Perempuan juga mendatangkan perspektif unik yang memperkaya perbendaharaan makna dalam berbagai bidang.

Berbeda dengan pria yang cenderung memimpin dengan gaya top down; wanita memimpin dengan gaya bottom up. Yaitu, berupaya membentuk koalisi dan menciptakan konsensus. Gaya kepemimpinan yang disebut terakhir ini menguntungkan karena memungkinkan atasan menerima berbagai masukan yang berharga dari anak buah.Jika diterapkan secara proporsional bisa menumbuhkan loyalitas yang tinggi pada diri karyawan.
Untuk bisa menjadi pemimpin, tantangan yang mesti dihadapi perempuan adalah keinginan untuk menciptakan kesamarataan dalam berbagai hal. Padahal, mustahil untuk bisa memperoleh dan memberikan perlakuan serupa pada diri setiap orang. Hal ini yang biasanya menghambat langkah banyak perempuan untuk maju dan memimpin.

Selain itu, karena pengaruh nilai budaya dan pendidikan di masa kecil, banyak pula perempuan yang merasa tidak nyaman untuk bersikap asertif dan menonjolkan diri. Singkirkan hambatan tersebut dan tunjukkan prestasi gemilang sebagai seorang pemimpin.

Rejeki Bukan Matematika


Ayolah, kapan lagi mau menikah?
Kamu kan sudah cukup umur, sudah bekerja pula dan secara agama hukumnya sudah menjadi wajib loh!.
Ngga usah takut ngga cukup.
Rejeki itu tidak seperti hitungan matematika, serahkan saja semua kepada Allah.

Begitu selalu yang dikatakan teman-teman saat saya selalu mempertimbangkan masalah keuangan sebagai salah satu alasan mengapa belum menikah.Percakapan itu terjadi beberapa tahun lalu, saat saya gamang dalam keputusan untuk menikah atau tidak.
Syukurnya, saya lebih memilih untuk melangkah maju dibanding mundur teratur untuk tidak membicarakan lagi masalah pernikahan.Dan ternyata teori rejeki bukan matematika itu ternyata benar adanya. Mana pernah saya menduga sebelumnya, bahwa dengan berkeluarga justru keadaan ekonomi saya meningkat.

Dibanding saat sendiri dulu keadaannya boleh dibilang sangat bertolak belakang.Dengan gaji yang saya terima saat bujangan dulu, tanpa menanggung biaya kontrak rumah, makan cuma satu mulut dan tak ada tetek bengek biaya rumah tangga, toh tabungan saya tak pernah lebih dari enam digit.

Malah sebaliknya, justru saat saya harus menafkahi isteri dan anak-anak ternyata saya bisa mencukupi kebutuhan minimal mereka, sesekali berwisata dan masih ada sisa untuk ditabung untuk persiapan tak terduga.

Dari mana semua itu?

Secara logika, seharusnya keadaan ekonomi saya morat marit, karena toh gaji yang saya terima jumlahnya tidak terlalu berbeda jauh saat bujangan dulu.

Jawabannya adalah, semua karena kebesaran Allah dan kepasrahan kepada kehendak-Nya. Allah selalu memberikan rejeki yang tidak pernah saya duga –duga sebelumnya.

Ada saja tawaran kerja sampingan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Dan semua itu cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kami dan bahkan bisa ditabung pula.
Maka semakin yakinlah saya akan kebenaran janji Allah dalam Alqur'an..

" . Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar..(memudahkan jalannya untuk sukses)"Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS.65:2-3)

Nah, sekarang apalagi yang menjadi penghalang bagi muslimin untuk menikah, kalau Allah telah menjamin semuanya?

Tuesday, April 15, 2008

Bukti Bahwa Kita Pernah Ada


Sekalipun tidak pernah melihat dinosaurus secara langsung, anda percaya bahwa mahluk itu memang pernah menghuni bumi kita. Apakah anda juga percaya bahwa mahluk-mahluk dalam film fiksi ilmiah seperti naga penyembur api dan kuda unicorn benar-benar pernah ada dibumi ini?

Saya yakin anda sependapat bahwa itu hanyalah mahluk khayalan belaka.

Anda tidak pernah melihat langsung dinosaurus. Tidak juga unicorn atau naga. Tetapi, mengapa anda yakin bahwa dinosaurus pernah ada sedangkan yang lainnya sekedar dongeng saja?
Itu karena kita semua dapat menemukan jejak dinosaurus berupa fosil-fosil yang ditinggalkannya.
Naga dan Unicorn? Tidak.
Kesimpulannya tentu saja; Ada bukti bahwa dinosaurus pernah ada.

Lantas, bagaimana dengan kita?
Alkisah, Tuhan mengijinkan setiap orang beriman yang sudah meninggal untuk berkunjung ke dunia. Hanya satu kali. Hanya satu hari. Mereka boleh menggunakan kesempatan itu untuk melakukan apa saja didunia ini.

Biasanya mereka berkunjung menemui sanak famili dan orang-orang terkasihnya, untuk sekedar melakukan satu hal yang ingin dilakukannya terakhir kali.

Namun, mereka tidak bisa berkomunikasi kecuali dengan anak-anak kecil. Karena kebanyakan orang dewasa tidak bisa merasakan kehadirannya. Salah satu dari orang beriman itu keluar dari pintu sorga, lalu terbang menuju rumah dimana orang-orang yang dikasihinya tinggal. Sesampai didepan rumah, dia mengetuk pintu sambil berucap salam.

"Bunda, ada tamu ." Kata cucunya yang lucu.
Bundanya bilang "Mana?" Lalu dia kembali kedapur.
Sekali lagi orang beriman itu mengucap salam. "Ayah, ada tamu." Kata sang cucu lagi.
Ayahnya tersenyum. Lalu melanjutkan membaca koran.

Orang itu sekali lagi mengucap salam. Dan kali ini sang cucu membalas salamnya sambil berlari kearah pintu. "Kakek!?" katanya berseru seraya memeluk kakeknya yang sudah sangat lamaaaaaaaa sekali tidak bertemu. Mereka berpelukan.

"Aku kangen sama kakek.....," kata anak itu. Tiba-tiba saja dari sudut mata sang kakek mengalir air mata sebening kaca.
Kembali terbayang saat-saat dimana dia menggendong cucunya ketika masih bayi. Membimbingnya untuk belajar berjalan.
Mengajarinya naik sepeda.
Menemaninya bermain ditaman.
Rasanya, dia masih ingin menjalani semuanya itu.

Tetapi kali ini , waktunya hanya satu hari saja. Sejenak, dia berpikir tentang apa yang akan dilakukannya bersama sang cucu tercinta. Dia ingin itu menjadi saat paling istimewa bagi cucunya. Dia ingin itu menjadi bekal paling berarti bagi kehidupannya kelak. Dan dia ingin, kesempatan terakhir yang dimilikinya menjadi warisan paling bermakna darinya.

"Cucuku," katanya dengan penuh kasih. "Kakek ingin mengajakmu berjalan-jalan. "
"Naik sepeda seperti dulu, Kek?" Mata cucunya berbinar-binar.
"Tidak," kata sang kakek."Kita akan terbang...." lanjutnya kemudian.

Sang cucu berteriak kegirangan. "Horeeeee aku akan terbang. Aku akan terbang!" serunya sambil berlari-lari dari ruang tamu. Lalu ke dapur. Ke halaman belakang. Kemana-mana.

"Aku akan terbang bersama kakek," katanya lagi.
Bunda dan Ayahnya geleng-geleng kepala sambil tersenyum
Sekali lagi Ayah dan Bunda saling berpandangan.

Lalu mereka tersenyum. Dan; "Iya, sayang. Titip salam sama kakek ya..." kata Bunda sambil mencubit pipinya yang tembem.

Anak itu lari kehalaman depan. Memeluk kakeknya.
Lalu mereka terbang.
Dari ketinggian, mereka melihat gedung menjulang.
Gedung yang indah. Lagi megah. "Lihatlah gedung itu Cucuku," katanya.

Sang cucu melihatnya dengan kagum. Ribuan orang keluar masuk gedung itu, sambil sesekali mereka berdecak kagum atas keindahannya. "Dulu, kakek ikut membangun gedung itu," katanya.
Dan benar, diantara dinding yang kokoh anak itu melihat sidik jari kakeknya. Lalu mereka kembali terbang.

Tiba-tiba, mereka melihat sebuah taman yang indah.
"Lihatlah taman itu Cucuku," kata sang Kakek. Sang cucu melihatnya dengan takjub. Ribuan orang asyik bermain ditaman itu. "Dulu, kakek ikut menanam pepohonan disana," katanya. Dan benar, ketika mereka melintas diatas taman itu, semua pohon yang dulu ditanam sang kakek merunduk penuh hormat.

Lalu, mereka kembali terbang.Dari atas sana, mereka melihat jembatan panjang. Melintang diatas sungai yang lebar lagi dalam.

"Lihatlah jembatan itu Cucuku," kata sang kakek. Ribuan kendaraan berlalu lalang diatasnya. "Dulu Kakek ikut menancapkan tiangnya," Dan benar, ketika mereka terbang diatasnya, tiang-tiang jembatan itu membungkuk khidmat.

Lalu, mereka terbang kembali.Sepanjang hari itu, sang kakek menunjukkan kepada cucunya semua hal yang sudah dibangunnya ketika dia masih hidup. Dan sang cucu begitu terkagum-kagum atas semua pencapaian yang sudah dibuat oleh kakeknya.

Lalu dia berkata; "Aku ingin seperti Kakek," katanya."Oh, ya?" jawab sang Kakek.
"Kalau aku sudah menjadi kakek-kakek nanti," kata anak itu, "
Aku mau membawa cucuku terbang."
"Oh, ya?" kata sang kakek.


"Aku mau tunjukkan kepadanya semua yang pernah kubuat semasa hidupku."
"Kamu akan membangun gedung-gedung seperti kakek?" katanya.
"Tidak." jawab sang cucu.
"Taman?""Tidak."
"Jembatan?" "Tidak.""Lantas, apa?"

"Aku mau membangun apa saja yang bisa membuktikan bahwa aku pernah ada." kata cucunya dengan mantap.
"Kakek belum mengerti apa yang kamu katakan, Cucuku." kata sang kakek dengan penuh kebanggaan.

"Aku ingin agar semua orang bisa mengenang aku meskipun aku sudah meninggal kelak, Kek."
"Oh, ya?""Iya." katanya. "
Seperti orang-orang yang saat ini mengagumi semua yang pernah kakek buat dimasa kakek hidup dulu."

Kakeknya tersenyum bahagia.
Bermanfaat sudah waktu satu hari yang Tuhan berikan kepadanya.
Dihadapannya kini berdiri seorang anak kecil yang siap melakukan sesuatu dalam hidupnya.

Sesuatu yang layak dikenang.
Sesuatu yang patut dikagumi.
Sesuatu yang pantas diingat.
Sesuatu yang membuktikan bahwa dia pernah ada.

"Mari kita pulang Cucuku," kata sang kakek. Lalu mereka kembali terbang. Hari sudah malam ketika mereka tiba dirumah. Dan saat anak itu berada dihadapan Ayah dan Bunda, mereka seolah-olah terkejut karenanya.

"Darimana saja kamu, Nak?" kata mereka dengan cemas.
"Aku habis terbang bersama, Kakek." kata anak itu.
"Jangan main-main, Nak." kata mereka. "Kamu tidak boleh lagi pergi seperti itu."

Anak itu tersenyum. "Baiklah, Bunda." katanya.
"Tapi kalau aku sudah besar nanti," lanjutnya. "Aku akan membuat sesuatu yang menjadi bukti bahwa aku pernah ada."

Ketika anak kecil itu tertidur pulas, Ayah dan Bunda memandang wajahnya yang bening dalam tidur penuh senyum.
Ayah Bunda saling pandang, lalu mereka berkata;"
Bukti bahwa kita pernah ada?"

Ya. Bukti bahwa kita pernah ada.

Kang Dadang Kadarusman
http://www.dadangkadarusman.com/

Monday, April 14, 2008

Burung atau Kipas


Anda sudah pernah melihat burung ?
Anda juga pernah melihat kipas ?
Terimakasih Anda sudah menjawab.

Pernah kita menyaksikan di televisi, bagaimana warga masyarakat dan petugas atau aparat berusaha keras membujuk seseorang yang akan melakukan bunuh diri.

Dan di koran, Anda juga mendapati berita tentang orang yang melakukan tindakan bunuh diri.

Banyak motif mengapa orang melakukan tindakan nekad bunuh diri, satu di antaranya adalah stress atau deperesi akibat merasa terkucil, terasing dan merasa tidak diperhatikan.
Dalam keseharian kita sering menjumpai saudara kita, kerabat dan teman – teman kita mengeluhkan bagaimana mereka diperlakukan oleh lingkungan yang menurut mereka telah mengabaikan keberadaan mereka.

Seorang anak merasa tidak diperhatikan orang tuanya,
seorang suami atau isteri merasa tidak diperhatikan oleh pasangannya,
seorang karyawan merasa tidak diperhatikan oleh atasannya.

Kebanyakan dari mereka, lebih memilih memendam dan menganggap apa yang mereka alami sebagai nasib yang harus mereka terima, sehingga tidak ada tindakan nyata yang mereka ambil untuk keluar dari tekanan yang mereka keluhkan. Mereka senantiasa mengeluhkan hal yang sama dari waktu ke waktu.

Lama – kelamaan menjadi akut, sehingga mereka yang mengalami “tekanan” cenderung mengabaikan kemungkinan – kemungkinan baik yang disarankan baginya.

Ya, dia sih enak. Punya keluarga yang memperhatikan, punya pangkat bagus dan keluarga yang setia.”

Tapi di lain waktu,

Ya, itu salah dia sendiri. Dia kan memang urakan dan tidak tahu diri, makanya keluarganya mengacuhkan dia. Dan dia juga dipecat dari pekerjaannya. Ya nasib dia lah itu.”

Lha terus, sebenarnya maunya itu seperti apa ?

Begini dikomentari sinis, begitu dikomentari negatif. Pliiissss deh !

Anda tahu mengapa orang – orang menjadi begitu menonjol di dalam kelompoknya, dan mengapa pula orang menjadi semakin tenggelam dan tertekan di dalam kelompoknya.
Orang yang menonjol, mereka mempergunakan falsafah burung.

Burung itu bisa menetas di mana saja, dan juga bertumbuh di mana saja. Sejak “bayi”, burung sudah terbiasa dengan dinginnya air hujan karena sarang mereka di pohon. Demikian pun mereka telah terbiasa dengan hembusan angin kencang. Toh tidak ada angin sebesar apa pun yang sanggup menerbangkannya karena hembusannya yang dahsyat.


Mereka juga mampu mengusik ketenangan orang dengan kicauannya, hingga orang mau mengeluarkan banyak investasi untuk membeli dan merawatnya.

Orang yang tenggelam di antara kelompoknya, adalah orang yang memilih seperti kipas. Dia akan tetap diam di tempat bersama masalahnya.

Kipas akan tetap di tempatnya dan berdebu, kecuali pemiliknya atau ada orang lain yang mengambil dan mempergunakannya.

Burung menyanyikan kicauannya yang indah setiap saat dia mau, hingga orang yang mendengarnya bisa mengalami kenyamanan yang nikmat.

Sementara orang mengambil kipas karena kepepet oleh panasnya hawa.
Sehingga, orang stress dan yang nekad memutuskan ingin bunuh diri itu sama dengan kipas. Dia sebenarnya bagus, namun karena tidak pernah bertindak dan selalu menunggu orang lain mengambilnya lebih dulu, akhirnya keindahannya kusam tersaput debu dan rusak oleh waktu.

Bagaimana dengan Anda, apakah Anda “burung” atau “kipas” ?

From my friend,
Benedict Agung Widyatmoko

Saturday, April 12, 2008

Not Me , Boss !


Ini cerita dari seorang teman yang bertahun silam pergi ke Papua New Guinea untuk urusan bisnis. Ia ditemani oleh dua orang temannya dan tinggal di sebuah rumah di pedalaman. Rumah ini dirawat oleh seorang lokal, yang tugasnya hanya dua yakni merawat rumah dan memasak.

Semuanya oke-oke saja, kecuali satu hal: mereka punya satu botol anggur yang mahal yang disimpan di ruang makan, yang setiap harinya sepertinya terus berkurang padahal mereka tidak pernah meminumnya.

Anggur ini mahal dan mereka ingin menyimpannya untuk acara spesial. Yang mereka temukan adalah setiap hari jumlahnya sedikit demi sedikit berkurang.
Mereka pun memutuskan untuk mengukur kekurangannya dengan membuat garis kecil pada botol, sehingga apabila memang berkurang lagi mereka bisa tahu dengan jelas.

Dan setelah membuat garis tersebut, mereka menemukan memang jumlah anggur dalam botol tersebut berkurang terus setiap hari, walau sedikit demi sedikit.

Mereka tidak punya tertuduh lain lagi selain sang penunggu rumah lugu tersebut, sebab ketiganya memang jarang di rumah.

Suatu kali ketiganya pulang ke rumah dalam keadaan mabuk dan mereka merencanakan memberi pelajaran si penunggu rumah. Mereka mengambil botol anggur dan mengganti isinya dengan air seni mereka. Setelah itu mereka letakan kembali seperti biasa. Dan yang mereka temukan, setiap hari jumlah air seni ini pun berkurang seperti halnya anggur.

Suatu hari mereka tidak tega lagi membayangkan bahwa si penunggu rumah yang baik hati ini sampai meneguk air seni mereka. Mereka memutuskan untuk memanggil si penunggu rumah dan menanyakan perihal anggur.

Dan dengan gaya yang tidak menuduh langsung, mereka mengatakan bahwa mereka perhatikan persediaan anggur mereka di satu-satunya botol di rumah itu selalu menipis, dan pasti ada seorang di rumah ini yang meminumnya!

Serta merta si penunggu rumah polos ini menyahut
"Not me, Boss !
Selama ini saya hanya selalu pakai untuk keperluan memasak untuk para Boss!"

Moral kisah :
Kalau bisa bertanya, kenapa berasumsi?
Kalau bisa sederhana, kenapa dibuat rumit?
Kadang kita justru mendapatkan akibat dari perbuatan kita sendiri, yang sebenarnya tidak perlu.

Adakah kisah ini terjadi pada kehidupan anda ?
Pada perusahaan anda ?
Atau bahkan pada Boss anda ?
Wallahu alam . . . . .

Malaikat pun Menangisinya


Di Negara teluk ada seorang gadis yang belajar di salah satu perguruan tinggi dengan mengambil jurusan agama, dia di anugerahi oleh Allah suara yang sangat merdu.

Setiap malam ia membaca Al-Qur’an di dalam kamarnya. Bacaannya indah sekali.. Setiap dia membaca Al-Qur’an diam-diam ibunya setiap malam mendengarkan dari balik pintu kamarnya, terhanyut dengan suaranya yang begitu indah membaca Al-Quran, dan itu berjalan berhari-hari setiap kali akan beranjak tidur.

Pada suatu hari gadis itu jatuh sakit, lalu keluarganya membawanya ke rumah sakit dan dirawat beberapa lama di sana sampai ajal menjemputnya. Keluarga tersebut betul-betul syok begitu mendengar berita kematian putrinya dari petugas rumah sakit.
Terutama bagi sang Ibu, kepergiannya telah meninggalkan kesedihan yang sangat mendalam. Satu hari pertama setelah kematian putrinya terasa satu tahun.

Setelah kesedihannya berangsur-angsur pulih, pada suatu malam sang ibu mendekati kamar anaknya sekitar jam 01.00 malam, setelah mendekati pintunya ia terhenti karena mendengar suara tangisan banyak orang dari dalam kamarnya tetapi dengan suara samar.

Sang Ibu terkejut dan tidak jadi masuk kamar. Keesokan harinya ia memberitahu anggota keluarganya tentang yang ia dengar semalam dalam kamar anaknya. Lalu anggota keluarga tersebut pergi ke kamar sang “putri” yang telah meninggal tetapi tidak mendapatkan siapa-siapa.

Pada hari kedua tengah malam pada waktu yang sama, sang Ibu pergi lagi ke kamar anaknya, dan lagi-lagi ia mendengar suara tangisan yang sama seperti malam sebelumnya. Lalu dia memberi tahu suaminya, tetapi suaminya berkata:”Besok pagi kita lihat untuk membuktikannya, siapa tahu engkau berhalusinasi.”

Pagi hari mereka pergi melihat kamar itu dan mereka tidak mendapatkan siapa-siapa sama sekali. Sang Ibu sangat yakin dengan apa yang didengarnya, kemudian ia menceritakan hal itu pada salah seorang temannya. Lalu teman tersebut memberi petunjuk agar pergi menemui seorang syekh dan menceritakan apa yang terjadi.

Sang Ibu lalu pergi menemui syekh tersebut dan menceritakan kejadian yang ditemuinya, syekh tersebut terkejut mendengar cerita itu lalu berkata:
Saya ingin datang kerumah anda untuk melihat kamar putri anda pada waktu tersebut.”
Ketika syekh tersebut telah datang. Sang Ibu menceritakan apa yang dilakukan putrinya ketika masih hidup, yaitu membaca Al-Quran setiap malam dengan suara yang sangat merdu dan khusyuk. Syekh lalu menuju kamar putri tersebut dan ketika telah dekat dengan kamarnya ia tersentak mendengar suara tangisan sebagaimana yang di dengar oleh sang Ibu tersebut, seketika itu juga Syekh tersebut menangis.

Orang –orang di keluarga tersebut bertanya: “Apa yang menyebabkanmu menangis ya Syekh?”

Syekh tersebut menjawab:

Allahu Akbar! itu adalah suara tangisan para malaikat. Sesungguhnya malaikat turun setiap malam mendengarkan bacaan putri anda…dan sekarang mereka kehilangan suara yang menyebabkan mereka turun ke bumi untuk mendengarkannya…Allahu Akbar!…Allahu Akbar!…
Selamat atas derajat yang telah diperoleh putri anda..”


Ditulis Oleh : Adhan Sanusi, Lc

Friday, April 11, 2008

Jika Mengalami Kegagalan


Apa yang harus dilakukan jika gagal? Apakah Anda larut dengan perasaan kecewa, mencari kambing hitam ke mana-mana, atau menangis?

Kecewa boleh saja, asal jangan terus menerus atau kecewa yang berlebihan.
Dua hal penting yang harus Anda lakukan jika mengalami kegagalan ialah:

1. Mengambil Hikmah
Hikmah selalu berharga, tidak ada hikmah yang berharga. Hikmah adalah milik kita semua, silahkan ambil di mana Anda menemukannya. Hikmah adalah tidak terbatas, sebanyak apapun Anda mengambil hikmah, orang lain masih bisa mengambil hikmah dari sumber yang sama.

Bahkan kegagalan, yang membuat Anda kecewa berat, yang membuat Anda kehilangan uang banyak, atau yang menguras tenaga Anda, tetap mengandung hikmah yang sangat tinggi nilainya.

2. Bangkit Kembali
Anda telah mendapatkan sesuatu yang berharga pada kegagalan sebelumnya, sehingga kini Anda telah lebih bijaksana, lebih berpengalaman, dan lebih terampil. Oleh karena itu setelah Anda mengalami kegagalan, kini saatnya untuk bangkin kembali dengan kebijaksanaan, pengalaman, dan keterampilan baru.

Yakinlah bahwa Anda sudah lebih dekat dengan keberhasilan, karena setiap kegagalan akan mendekatkan Anda dengan keberhasilan. Setiap kesulitan yang Anda lalui akan menghasilkan kemudahan setelahnya.

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. 94:5-6)

Jika semua gagal

Kadang kita sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi tetap saja kita mengalami kegagalan, sementara kesempatan sudah tidak ada lagi, maka yang bisa Anda lakukan ialah membuat mimpi baru.

Mungkin mimpi Anda ini bukan yang terbaik bagi Anda sehingga Allah SWT tidak mengijinkan Anda untuk sukses di mimpi tersebut. Kegagalan tersebut bisa saja sebagai petunjuk kepada Anda agar mengejar mimpi yang lain.

Tidak masalah seberapa kali Anda gagal, yang terpenting dari semua itu adalah Anda mengambil hikmah dari setiap kegagalan kemudian bangkit kembali.

Jika semua gagal, masih ada mimpi lain yang bisa Anda kejar.
Source :
Rachmat

Thursday, April 10, 2008

Hukum rimba & hati manusia


Suatu waktu rimba raya dilanda musim kemarau yang sangat kering, daun2 pepohonan meranggas, telaga dan sungai pun mengering. Banyak binatang yg mati kelaparan karena nya.

Singa sang raja hutan akhirnya mengumpulkan semua penghuni rimba untuk membicarakan masalah tersebut.
Burung Rajawali tua yg bijak kemudian maju ke depan dan berkata pada semua penghuni rimba yg hadir, bahwa bencana kekeringan ini adalah akibat dari perilaku para binatang yang melanggar ketentuan alam, ada binatang yang bersalah, agar bencana ini berakhir maka haruslah dicari siapa binatang yang bersalah tersebut dan dihukum.

Majulah ke depan pertama kali, singa sang raja hutan , mungkin ini karena kesalahan ku yg sering menzalimi, memakan binatang2 lain yg tak bersalah. Para penghuni rimba pun hanya mengangguk angguk meng iyakannya.

Kemudian maju pula lah Gajah ke depan yg hentakan kaki nya menggoyangkan tanah tempat pertemuan tersebut. Gajah berkata mungkin ini juga karena salah ku yg secara tak sadar sering menginjak binatang2 kecil, binatang lain pun mengangguk angguk setuju, tapi hanya diam saja.

Selanjutnya maju lah Banteng ketaton berbadan besar, mungkin karena salah ku juga, yg sering menyerang binatang lain dengan tanduk ku dan kemudian membuang bangkainya ke dalam telaga yg menjadi tempat minum kita bersama.

Sang ular berkata, saya sering masuk ke desa pinggir hutan dan menggigit manusia tak bersalah di sana.

Sang Srigala berkata pula, ia pernah menipu karena berbaju musang untuk mengelabui binatang lain dan anak kecil.

Tak lupa Ayam jago pun mengakui kesalahan nya sering selingkuh, karena selalu mengejar setiap ayam betina yang ditemuinya. Begitu lah semua binatang mengakui kesalahan nya masing2, yg membuat binatang pun baru tahu kesalahan teman nya masing2.

Akhirnya maju ke depan pula, Kambing kurus berkulit hitam, mungkin bencana ini karena kesalahanku, sering masuk ke kebun orang dan memakan sayuran milik para petani.

Nah…inilah dia si kambing hitam, penyebab bencana kekeringan di hutan kita ini kata Singa raja hutan kita harus hukum dia, dan dibenarkan oleh semua binatang yg hadir. Sang kambing pun heran, karena tak hanya ia yg salah, hampir semua binatang lain punya kesalahan masing2, tapi kenapa ia yg dijadikan penyebab bencana ini.

Para binatang sebenarnya tahu, bahwa semua mereka pula kesalahan masing2, termasuk Singa sang raja hutan ( pemimpin) , Gajah ( pembesar/orang kaya ), Banteng (orang kuat) Srigala,ular (orang licik) tapi tak ada yg berani melawan.

Sehinga ketika ketika Singa dan para binatang kuat lain nya, mengatakan bahwa kambing sebagai penyebab bencana, serempak semua binatang setuju.

Dan hukuman nya bagi kambing ialah dimakan oleh singa, semua binatang yg lain setuju, setidaknya ia bisa selamat dari singa.

Demikian lah hukum rimba, kebenaran ditentukan oleh kekuatan, siapa yg kuat ialah yg benar, memiliki hak menentukan kebenaran.

Namun ternyata pada kenyataan hidup manusia di dunia ini, bisa kita lihat juga perilaku2 seperti yg diceritakan di atas terjadi, banyak perilaku binatang yg tampak pula pada perilaku manusia.

Dalam dunia politik, sudah dianggap lumrah, bahwa pemenang dalam kepemimpinan bukanlah orang yg paling benar, tapi adalah orang yg paling kuat.

Karena kaidah politik bukanlah membela yg benar, tapi membela siapa yg bayar (punya kekuatan finansial).

Dalam kaidah politik “dagang sapi”. Sapi (perah) akan dibeli oleh mereka yg punya uang paling banyak.

Dalam dunia peradilan, kebenaran ditentukan oleh kekuatan finansial yg dimiliki oleh mereka yg berperkara. Mereka yg kuat secara finansial cenderung menjadi pihak yg benar dan dimenangkan dalam pengadilan.

Dalam tataran dunia global, negara yg paling kuat akan selalu dianggap benar. Sebagaimana hal nya perilaku negara Amerika yg selalu dianggap benar tindakanya, walau semua negara tahu itu salah, tapi tak ada yg berani melawan.

Semua orang tahu, kelakuan mereka menyerang Irak dan Afganistan menggunakan alasan yg salah dan tidak masuk akal, tapi semua negara meng iyakan nya dan menganggap negara lemah seperti Irak sebagai pihak yg salah.

Karena manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yg jauh lebih mulia daripada binatang. Dimana lagi letak kemuliaan umat manusia, bila kelakuan nya tak beda jauh dari binatang ?

Manusia dimuliakan dari binatang karena punya pikiran dan hati nurani.
Bila manusia telah kehilangan hati nurani, maka ia tak akan beda jauh dengan binatang ,bahkan lebih bejat lagi.

Hati manusia bisa diperumpakan bagaikan sebuah tanah lapang.

Tanah bila jarang kena siraman air (hujan) akan menjadi kering dan keras, begitulah pula orang yg hatinya jarang disiram dengan nasihat kebaikan ( semisal ibadah atau mengikuti acara keagamaan), maka akan menjadi kering dan keras pula sifat nya.

Tanah yang tak dirawat dengan baik, ditelantarkan, maka akan banyak ditumbuhi alang2, akan banyak pula binatang2 liar di sana seperti tikus dan ular.

Begitulah orang yg tak merawat hatinya dengan baik, ia akan memiliki sifat2 seperti tikus dan ular pula.
Bila tanah tersebut dibiarkan terlantar dalam jangka waktu lama, maka akan bisa menjadi bagaikan hutan belantara, dimana akan banyak binatang2 buas yg berkeliaran di sana.

Manusia yg membiarkan hatinya terlantar dan liar, maka sifat2 jelek binatang buas pun akan hinggap pada perilakunya.

Namun bila sebidang tanah tersebut dirawat, dipelihara dengan baik dan kemudian ditanami bunga, maka tanah tersebut akan menjadi sebidang taman yg indah dan rindang, menyenangkan hati yg melihatnya dan nyaman bila berada disana.

Demikianlah pula hati kita ini, perlu dipelihara, dirawat dan dikembangkan.

Sesungguhnya pada diri manusia ada segumpal daging, yg bila baik, akan baiklah seluruh dirinya, namun bila jelek, maka akan jeleklah seluruh dirinya, itulah hati [hadist]


Source :
Hendra Nessa

Indahnya Berprasangka Baik


Dua orang laki-laki bersaudara bekerja pada sebuah pabrik kecap dan sama-sama tekun belajar Islam. Sama-sama mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin. Mereka acap kali harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah guru pengakiannya. Jaraknya sekitar 10 km dari rumah peninggalan orangtua mereka.

Suatu ketika sang kakak berdo'a memohon rejeki untuk membeli sebuah mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya, bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki dikarenakan mendapatkan bonus dari perusahaan tempatnya bekerja.

Lalu sang kakak berdo'a memohon seorang istri yang sempurna, Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik akhlaknya.
Kemudian berturut-turut sang kakak berdo'a memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Dengan itikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan Allah selalu mengabulkan semua do'anya itu.

Sementara itu, sang adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orangtuanya yang dulu dia tempati bersama dengan kakaknya.


Namun karena kakaknya sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, maka sang adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji ke rumah guru mereka.

Suatu saat sang kakak merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup adiknya. Dia dia teringat bahwa adiknya selalu membaca selembar kertas saat dia berdo'a, menandakan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdo'a.

Lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya supaya selalu berdo'a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, karena dia merasa adiknya masih berhati kotor sehingga do'a-do'anya tiada dikabulkan oleh Allah azza wa jalla.

Sang adik terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas nasihat itu.

Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena sampai meninggalnya sang adik itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do'anya tak pernah terkabul.

Sang kakak membereskan rumah peninggalan orangtuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid.
Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh adiknya yang berisi tulisan do'a, diantaranya Al-Fatihah, shalawat, do'a untuk guru mereka, do'a selamat, dan ada kalimah di akhir do'anya :

"Ya, Allah. Tiada sesuatu pun yang luput dari pengetahuanMu. Ampunilah aku dan kakakku. Kabulkanlah segala do'a kakakku. Bersihkanlah hatiku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku di dunia dan akhirat."

Sang kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya, tak dinyana ternyata adiknya tak pernah sekalipun berdo'a untuk memenuhi nafsu duniawinya.

JANJI


Ketika kita lahir dan seluruh bayi diseluruh dunia ini ketika lahir tangannya masih menggenggam erat jarinya.

Itulah tanda kita memegang janji perjalananan hidup kita nanti didunia kepada Allah SWT. ketika ruh akan ditiupkan ke dalam janin.

Semakin besar usia bayi maka jarinya pun akan terbuka lebar dimana sejak saat itu kita siap menerima dan menjalankan perjanjian yang telah kita buat bersama Allah tanpa kita ketahui isinya.

Yang kita tau pasti adalah sub judulnya yaitu : Rezeki, Jodoh dan Kematian , tapi kita tidak tahu kapan itu akan terjadi namun semua telah tertulis pasti didalam perjanjian antara Allah dan ruh yang akan ditiupkan ke janin.

Ketika anda merasa sukses atau gagal, Optimis atau Pesimis , ingatlah akan perjanjian kita dengan Allah SWT , kita hanya menjalankan apa yang telah kita setujui dalam perjanjian tersebut.

Wednesday, April 9, 2008

Cincin Pak Tani


Seorang petani kaya mati meninggalkan kedua putranya.
Sepeninggal ayahnya, kedua putra ini hidup bersama dalam satu rumah. Sampai suatu hari mereka bertengkar dan memutuskan untuk berpisah dan membagi dua harta warisan ayahnya.

Setelah harta terbagi, masih tertingal satu kotak yang selama ini disembunyikan oleh ayah mereka. Mereka membuka kotak itu dan menemukan dua buah cincin di dalamnya, yang satu terbuat dari emas bertahtakan berlian dan yang satu terbuat dari perunggu murah.

Melihat cincin berlian itu, timbullah keserakahan sang kakak, dia menjelaskan, "Kurasa cincin ini bukan milik ayah, namun warisan turun-temurun dari nenek moyang kita. Oleh karena itu, kita harus menjaganya untuk anak-cucu kita. Sebagai saudara tua, aku akan menyimpan yang emas dan kamu simpan yang perunggu."

Sang adik tersenyum dan berkata, "Baiklah, ambil saja yang emas, aku ambil yang perunggu." Keduanya mengenakan cincin tersebut di jari masing-masing dan berpisah.

Sang adik merenung, "Tidak aneh kalau ayah menyimpan cincin berlian yang mahal itu, tetapi kenapa ayah menyimpan cincin perunggu murahan ini?"

Dia mencermati cincinnya dan menemukan sebuah kalimat terukir di cincin itu: INI PUN AKAN BERLALU.

"Oh, rupanya ini mantra ayah?," gumamnya sembari kembali mengenakan cincin tersebut.

Kakak-beradik tersebut mengalami jatuh-bangunnya kehidupan. Ketika panen berhasil, sang kakak berpesta-pora, bermabuk-mabukan, lupa daratan. Ketika panen gagal, dia menderita tekanan batin, tekanan darah tinggi, hutang sana-sini.


Demikian terjadi dari waktu ke waktu, sampai akhirnya dia kehilangan keseimbangan batinnya, sulit tidur, dan mulai memakai obat-obatan penenang. Akhirnya dia terpaksa menjual cincin berliannya untuk membeli obat-obatan yang membuatnya ketagihan.

Sementara itu, ketika panen berhasil sang adik mensyukurinya, tetapi dia teringatkan oleh cincinnya: INI PUN AKAN BERLALU. Jadi dia pun tidak menjadi sombong dan lupa daratan. Ketika panen gagal, dia juga ingat bahwa: INI PUN AKAN BERLALU, jadi ia pun tidak larut dalam kesedihan.

Hidupnya tetap saja naik-turun, kadang berhasil, kadang gagal dalam segala hal, namun dia tahu bahwa tiada yang kekal adanya.

Semua yang datang, hanya akan berlalu.
Dia tidak pernah kehilangan keseimbangan batinnya,
dia hidup tenteram, hidup seimbang, hidup bahagia.

Antara Mencari dan Kehilangan


Suatu malam, Kabayan kehilangan sebuah benda. Benda yang menurutnya sangat berharga itu tak lain adalah jarum tangan.

Tanpa jarum tangan, Kabayan tidak bisa melakukan pekerjaan favoritnya, menyulam. Hal itu membuatnya manyun sepanjang malam.

Pagi buta, dirinya memutuskan untuk mencari si jarum tangan. Dia mencari dengan penuh harap di depan pekarangan rumah mungilnya. Menjelang siang, jarum itu belum juga ditemukan. Sampai akhirnya, seorang tetangga bersimpati kepadanya. Tetangga yang baik hati itu menghampiri Kabayan dan bertanya, "Kabayan, apa yang sedang kau cari ?"

Kabayan menjawab, "Aku sedang mencari jarum tanganku, jarum satu-satunya yang aku punya itu hilang, dan sampai sekarang aku belum bisa menemukannya."

Mendengar jawaban Kabayan, sang tetangga menjadi iba, "Baiklah, aku akan membantumu mencari jarum tangan itu," katanya.

Akhirnya, mereka berdua mencari si jarum. Tetapi hingga menjelang sore, benda mungil itu belum juga ditemukan. Dengan peluh di sekujur ubun-ubun, sang tetangga bertanya kepada Kabayan, "Sebenarnya di mana kau kehilangan jarummu itu ? Sudah seharian kita mencari, tapi belum juga menemukannya."

Tanpa berdosa, Kabayan menjawab, "Aku kehilangan jarumku di dalam rumah."
Dengan muka memerah, sang tetangga menimpali, "Lalu kita mencarinya di pekarangan?"
Kabayan menyahut dengan polosnya, "
Ya, karena di dalam rumah gelap, jadi aku mencarinya di luar."

Itulah Kabayan , dia kehilangan sesuatu di dalam rumah, namun malah mencarinya di pekarangan. Konyol bukan?

Bisa jadi, kita juga pernah bahkan sedang melakukan kekonyolan yang sama dengan Kabayan. Kita sering kehilangan sesuatu dari dalam diri kita sendiri, namun justru mencari "ganti" dari luar. Kehilangan motivasi, percaya diri, dan kebahagiaan dari dalam diri sendiri, tetapi justru meminta lingkungan "menyelamatkan" kita.

Tuesday, April 8, 2008

Hidup Ini Pilihan


Ada banyak WARNA di luar, tapi mengapa kita lebih menyukai salah satu di antaranya.
Berjenis-jenis makanan tersaji di restoran, tapi mengapa kita hanya memesan yang kita sukai. Banyak jalur alternatif akses menuju kantor, tapi mengapa kita selalu memilih jalan yang sama setiap harinya.

Sahabat, kadang kita berpikir, apa yang membuat kita seperti kita saat ini.
Dengan selera makanan, warna favorit, model rambut, bahkan sikap dan gaya bicara seperti apa yang ada pada kita sekarang. Termasuk cara berpikir, motivasi hidup, kecakapan, dan intuisi.
Jika kita mau merunut ke belakang saat awal-awal kemunculan kita di dunia, ada banyak hal yang membuat kita menjadi seperti sekarang.
Ibarat, mengapa tempe yang saya goreng rasanya seperti ini?

Coba kita tengok awal mula terbentuknya tempe yang telah kita goreng tersebut.
Berasal dari jenis kedelai apa, bagaimana cara menanamnya, siapa yang membuat, dengan cara apa ia membuat, siapa yang menjual, berapa lama disimpan, sampai bagaimana tempe tersebut digoreng hingga disajikan.

Beragam pertanyaan yang masing-masing mempunyai alternatif jawaban yang beragam pula. Tapi mengapa akhirnya kita memilih salah satu dari alternatif yang ada, sehingga out put yang dihasilkan seperti yang kita rasakan sekarang.

Sepotong tempe yang renyah di luar, namun lembut di dalam.
Begitu juga dengan apa yang terjadi pada kita sekarang.

Kita telah memilih salah satu di antara berbagai alternatif yang selalu ditawarkan di sepanjang kehidupan kita.
Meski ada fase di mana pilihan itu bukan kita yang menentukan.

Mungkin orang tua, atau orang lain yang mempunyai pengaruh besar terhadap kita.
Tapi tetap saja kita sendiri lah yang akan merasakan hasilnya.
Pilihan-pilihan yang ditentukan oleh orang lain itu di antaranya.

1. Bagaimana cara orang tua kita menyambut momen kelahiran kita? (mengiringi dengan tilawah, mengiringi dengan musik klasik, atau cuek)

2. Bagaimana orang tua kita membesarkan kita? (disiplin, moderat, masa bodoh)

3. Kemana kita disekolahkan? (apa pun asal mahal, apa pun asal favorit, apa pun asal islami )

4. Dengan siapa kita dinikahkan? (terserah kita, mereka yang mencarikan)
5. dll

Sedangkan pilihan-pilihan yang kita tentukan sendiri di antaranya.
1. Dengan siapa kita bergaul?(siapapun, hanya yang cocok dengan kita, seaqidah, atau..)

2. Model pergaulan seperti apa yang kita pilih (bebas tapi sopan, bebas tapi islami, bebas sebebasnya)

3. Makanan seperti apa yang kita makan? (asal enak, asal gratis, asal bikin kenyang, atau asal halal)

4. Bagaimana kita mengelola keuangan? (pelit, konservatif, suka foya-foya, moderat, atau...)

5. Bagaimana respon kita terhadap masalah? (menghindar, penuh emosi, berani menghadapi, atau..)
6. dll

Pilihan-pilihan itulah yang ikut membentuk kita seperti kita sekarang ini.
Sekecil apapun, sesepele apapun, secara langsung maupun tidak langsung, pilihan yang kita ambil ikut andil dalam pembentukan karakter, perspektif, dan sikap yang dilahirkan.

Maka berhati-hatilah dalam setiap keputusan yang kita ambil. Meski sepele, hasilnya akan sangat terasa di kemudian hari.

Ibarat sebatang anak panah yang kita arahkan menuju sasaran yang jauh di depan kita. Sedikit saja kita melenceng (meski hanya 5 derajat). Pergerakan panah akan meleset jauh berpuluh-puluh derajat dari sasaran.