Laki-laki tua itu, adalah seorang ayah dari dua anak. Dulu di rumah
yang ditinggalinya hingga kini, dia hidup berbahagia dengan istri dan
kedua anaknya. Namun, semenjak istri yang disayanginya meninggal, dan
kedua anaknya beranjak dewasa, maka hiduplah dia sendiri. Meski
demikian, tentu saja anak-anaknya sesekali berkunjung ke rumah sang
ayah. Sehingga komunikasi diantara ketiganya tidak terputus.
Dua anak ayah ini, sama-sama bekerja sebagai pedagang di kota. Anak
pertama berdagang es kelapa muda, sedangkan yang kedua menjual
minuman sekoteng untuk menyambung hidupnya.
Ayah yang sangat menyayangi kedua anaknya ini, sering sekali
memikirkan nasib anak-anaknya. Ketika musim hujan tiba, dia bingung
memikirkan dagangan es kelapa muda anaknya yang sepi pembeli. Begitu
pula ketika musimnya matahari terik, dia mengkhawatirkan minuman
sekoteng yang dijual anaknya yang lain, tak laku dijual. Saking
seringnya memikirkan kemungkinan- kemungkinan itu, akhirnya ayah jatuh
sakit. Kian hari, seiring pergantian cuaca, sakitnya pun bertambah
parah.
Kedua anaknya, akhirnya membawa sang ayah berobat ke dokter. Namun,
ternyata dokter menyerah. Sebab fisik ayah, sebenarnya tak menderita
sakit apapun.
Di tengah perjalanan pulang dari klinik dokter, ayah dan kedua
anaknya itu bertemu dengan seorang bijak.
"Sakit apa pak?" tanya si bijak.
Kemudian, ayah menceritakan tentang segala kekhawatiran akan nasib
kedua anaknya.
yang ditinggalinya hingga kini, dia hidup berbahagia dengan istri dan
kedua anaknya. Namun, semenjak istri yang disayanginya meninggal, dan
kedua anaknya beranjak dewasa, maka hiduplah dia sendiri. Meski
demikian, tentu saja anak-anaknya sesekali berkunjung ke rumah sang
ayah. Sehingga komunikasi diantara ketiganya tidak terputus.
Dua anak ayah ini, sama-sama bekerja sebagai pedagang di kota. Anak
pertama berdagang es kelapa muda, sedangkan yang kedua menjual
minuman sekoteng untuk menyambung hidupnya.
Ayah yang sangat menyayangi kedua anaknya ini, sering sekali
memikirkan nasib anak-anaknya. Ketika musim hujan tiba, dia bingung
memikirkan dagangan es kelapa muda anaknya yang sepi pembeli. Begitu
pula ketika musimnya matahari terik, dia mengkhawatirkan minuman
sekoteng yang dijual anaknya yang lain, tak laku dijual. Saking
seringnya memikirkan kemungkinan- kemungkinan itu, akhirnya ayah jatuh
sakit. Kian hari, seiring pergantian cuaca, sakitnya pun bertambah
parah.
Kedua anaknya, akhirnya membawa sang ayah berobat ke dokter. Namun,
ternyata dokter menyerah. Sebab fisik ayah, sebenarnya tak menderita
sakit apapun.
Di tengah perjalanan pulang dari klinik dokter, ayah dan kedua
anaknya itu bertemu dengan seorang bijak.
"Sakit apa pak?" tanya si bijak.
Kemudian, ayah menceritakan tentang segala kekhawatiran akan nasib
kedua anaknya.
Mendengar cerita ayah, si bijak lalu memberi nasehat: "Kalau begitu,
bapak perlu mengubah cara pandang bapak. Saat musim dingin, coba
pikirkan betapa banyak pembeli yang menyerbu warung sekoteng putra
bapak yang berjualan sekoteng. Lalu saat cuaca menyengat, cobalah
untuk membayangkan bergelas-gelas es kelapa muda yang dijual putra
bapak yang satunya lagi, habis terjual!"
Semenjak itu, sang ayah berusaha membalik pola berpikirnya menurut
nasehat si bijak. Hasilnya, kondisi ayah mulai membaik. Bahkan kini,
dialah yang sering datang ke kota, mengunjungi kedua anaknya. Tentu
saja, sambil membawa 'semangat' untuk anak-anaknya. Sehingga, kedua
anaknya makin giat berdagang dan usaha mereka pun semakin maju.
"Keindahan selalu muncul saat manusia berpikir positif"
Semoga keindahan itu dapat dibagi dengan orang lain. Amiin.
No comments:
Post a Comment