Myspace Backgrounds

Thursday, August 9, 2007

Nasehat Ibnu Hazm untuk peserta pelatihan



Jika anda menghadiri majelis ilmu ( baca : pelatihan ) maka janganlah kamu hadir kecuali
kehadiranmu itu untuk menambah ilmu dan memperoleh pahala, dan bukannya kehadiranmu itu dengan merasa cukup akan ilmu yang ada padamu, mencari-cari
kesalahan (dari pengajar) untuk menjelekkannya. Karena ini adalah perilaku
orang-orang yang tercela, yang mana orang-orang tersebut tidak akan
mendapatkan kesuksesan dalam ilmu selamanya.

Maka jika anda menghadiri majelis ilmu sesuai dengan apa yang telah kami

sebutkan, maka tetapilah tiga hal ini dan tidak ada keempatnya :

Pertama :

Bersikap diamlah engkau seperti diamnya orang yang bodoh

Kedua :
Engkau bertanya seperti bertanya-nya seorang yang ingin belajar.

Dan bentuk pertanyaan orang yang belajar adalah bertanya tentang apa yang
tidak ia ketahui dan bukannya bertanya tentang apa yang ia ketahui. Karena
menanyakan apa yang telah kamu ketahui adalah pertanda lemahnya dan
kurangnya akal serta menyibukkan gurumu dengan perkataanmu, menghabiskan
waktumu dengan sesuatu yang tidak berfaedah. Jika orang yang engkau bertanya
kepadanya telah menjawab pertanyaanmu dan telah mencukupi, maka berhentilah
dari pembicaraan.

Dan jika ia belum mencukupi dalam menjawab pertanyaanmu

atau menjawab pertanyaanmu sedang engkau belum faham, maka katakanlah :
"Saya belum faham", dan mintalah tambahan penjelasan darinya. Dan jika ia
tidak menambah jawabannya dan diam, atau mengulangi penjelasannya seperti
yang pertama kali dan tidak ada tambahan, maka tahanlah dirimu dari bertanya
kepadanya, kalau tidak demikian maka engkau akan memperoleh (akibat) yang
jelek dan permusuhan, dan tidaklah engkau mendapat apa yang engkau harapkan
berupa tambahan penjelasan.

Ketiga :
Mungkin engkau seorang yang duduk dalam majelis ilmu dan memaparkan seperti
orang alim, dan keadaan yang demikian itu adalah engkau membantah jawabannya
dengan jawaban yang jelas, maka jika tidak demikian keadaannya ada padamu,
dan tidak ada padamu kecuali pengulangan perkataanmu, atau penentangan yang
mana musuhmu tidak melihatnya sebagai penentangan, maka tahanlah dirimu,
karena engkau tidak akan memperoleh dalam pengulangan itu tambahan dan tidak
juga belajar.

Dan jika datang kepadamu suatu perkataan, atau engkau mengkritik suatu
perkataaan dalam suatu kitab, maka hati-hatilah engkau dari menghadapinya
dengan sikap marah yang timbul dari sikap berlebih-lebihan, sebelum engkau
yakin tentang kebatilannya dengan bukti yang pasti, dan juga janganlah
engkau menghadapinya sebagaimana menghadapnya orang yang membenarkan,
berbuat baik kepadanya, sebelum engkau mengetahui kebenarannya, sehingga
akhirnya berarti kamu berbuat dhalim terhadap dirimu dalam kedua bentuk,
atau engkau akan jauh dari mendapatkan kebenaran, akan tetapi hadapilah ia
sebagaimana orang yang bersih hati dari permusuhan dengannya, dan condong
kepadanya, karena engkau jika melakukan hal ini akan mendapatkan pahala yang
banyak, dan pujian yang banyak, dan keutamaan yang merata.
Penulis dalam tulisan ini menasihati orang yang menghadiri majelis ilmu agar
menfokuskan tujuannya untuk memperoleh pengetahuanh yang baru dan ganjaran
pahala dari Allah, bukan mencari kesalahan yang disengaja untuk
dibesar-besarkan atau kesalahan yang jarang (terjadi dari orang alim itu)
untuk disebarluaskan. Karena sikap yang terakhir disebut ini adalah perangai
orang yang tercela yang tidak akan memperoleh keuntungan dalam ilmu.

Penjelasan :
Dalam menghadiri majelis ilmu manusia terbagi menjadi tiga macam :


1. Seorang yang jahil (bodoh) yang hanya mendengar dengan seksama.


2. Seorang penuntut ilmu yang bertanya tentang sesuatu yang belum
diketahuinya dan dia merasa cukup dengan jawaban yang memuaskan, jika kurang
puas ia meminta tambahan jawaban dengan tidak mengulangi (permintaan jawaban
tersebut), karena sikap tersebut dapat menimbulkan permusuhan diantara para
penuntut ilmu.


3. Seorang alim yang senantiasa mengulangi dan membandingkan (suatu masalah)
dengan dalil dan bukti, jika tidak memiliki dalil maka ia tidak perlu untuk
membandingkannya, lalu ia menasihati para pendengar dan pembaca agar
bersikap netral, dia tidak membenarkan setiap permasalahan dan tidak pula
ditolaknya sebelum ia memeriksanya dengan akal yang sehat, dengan demikian
akan terwujud ilmu itu dan akan besar pahala (yang diperoleh).

Source milis sarikata.

Regards,
From nice city of Medan

No comments: