Masih mengenai T.P. Rachmat, mantan Presdir PT. Astra International sebagai figur multidimensi yang menginspirasi khalayak bisnis Indonesia
Kali ini coba kita lakukan untuk membedah figur ini dari sisi entrepreneur-nya.Pasti banyak pertanyaan di benak anda, mengapa Pak Teddy ini bisa sukses di kedua kuadran yang dijalaninya profesional dan entrepreneur ?
Menurut analisa pakar , ternyata rahasianya ada di 5B: blood, brain, belief, behavior dan book.
Semua hal itu telah mendarah daging dalam diri Teddy sejak lama. Kalau tidak memiliki kelima ingredients tersebut, niscaya Teddy telah terseok ketika pindah kuadran.
Ini sekaligus sebagai pembelajaran bagi kita semua yang ingin pindah jalur dengan sukses.
1. Aspek blood. Teddy punya darah entrepeneurship dari pamannya, William Suryajaya, pendiri Astra.
Tidak hanya dari genetic blood, Teddy juga tentunya punya entrepreneur blood yang sudah mengalir di dalam darahnya. Tanpa itu sulit menjadi entrepeneur meskipun sudah menyandang gelar master di bidang entrepreneur sekali pun.
Seorang entrepreneur dapat melihat dan mewujudkan sesuatu yang tidak mungkin dan menjadi mungkin.
2. Aspek brain. Jelas, Teddy adalah seorang yang pintar, smart. Hitung-hitungan dan analisisnya matang dalam melihat sebuah peluang bisnis.
3. Aspek belief, keyakinan. Seorang entrepreneur memiliki belief yang berbeda dari seorang pegawai.
Pegawai mengikuti tren, entrepreneur melawan tren.
Pegawai mengais rezeki di red ocean yang penuh sesak. Entrepreneur mencari blue ocean yang dia ciptakan sendiri. Hal ini melekat di pribadi Teddy.
4. Aspek behavior. Teddy jelas memilik behavior yang selaras dengan behavior entrepreneur. Ia percaya kepada orang lain untuk mengelola perusahaannya.
Sebagai konseptor, ia tak memiliki cukup waktu untuk berperan sekaligus sebagai eksekutor.
Tanpa memiliki jiwa mempercayai orang lain, ia akan menjadi entrepreneur yang terbatas dan tidak berkembang.
Teddy adalah orang yang berani memberikan kepercayaan penuh kepada bawahannya.
5. Aspek book. Pak Teddy dikenal sebagai pemimpin yang menjalankan gaya kepemimpinan berdasarkan ilmu dari buku baru.
Oleh sejawatnya, ia digelari "management by best seller", karena ia selalu membagikan buku baru dan meminta bawahannya untuk menerapkan ilmu itu setelah membacanya.
Setiap ada ilmu baru selalu dicobanya, baik itu TQM, Kaizen, Six Sigma, benchmarking dan gaya kepemimpinan baru dari Jim Collins, penulis Good to Great.
Ia selalu mengikuti dan adaptif dengan perkembangan baru. Ia mau berubah dan menjadi seorang pembelajar seumur hidupnya.
Jangan ditanya soal buku terbaru kepadanya. Pasti akan dijawabnya: "Saya sudah baca".
Ia tahu bahwa kompetensi, pengalaman dan sukses masa lalu tidak dapat dipakai untuk memenangkan persaingan di masa depan. Masa depan adalah baru.
Ia pun sadar bahwa perubahan terjadi semakin cepat. Ia mengelola perubahan agar perubahan itu tidak "menelannya".
Ia tidak melawan perubahan, tapi berusaha mengarungi perubahan itu tanpa melekat pada masa lalu yang mengganggu pikirannya.
Sudahkah anda memiliki kelima aspek itu? Kalau sudah, beruntunglah anda. Anda sudah memiliki modal yang kuat untuk menjadi the next T.P. Rachmat.
see other article on : http://djodiismanto.blogspot.com/
Regards,
Djodi Ismanto
Mitsubishi Motors - Group Sumatra Berlian
From nice city of Medan
No comments:
Post a Comment