Ada satu satu cerita yang sangat menarik dan inspiring. Cerita ini berasal dari buku Habitudes karangan Dr. Tim Elmore. Tentu anda semua mengenal tukang roti.
Bayangkanlah jika anda pergi ke sebuah toko roti. Anda tinggal memilih selera kesukaan anda. Dan juga ada bermacam-macam rasa. Baik rasa keju, coklat, vanila maupun rasa lainnya. Setiap pagi dengan hati yang gembira. Tukang roti selalu menyiapkanadonan pembuat roti. Dalam pikirannya dia harus memberikan yang terbaik bagi penikmat rotinya.
Bahannya dia pakai yang nomor satunya. Tak lama kemudian, rotinya sangat terkenal karena kenimatannya. Pelanggan pun selalu antri bila ingin membeli rotinya. Lewat berita dari mulut ke mulut. Kelezatan rotinya cepat menyebar tidak hanya di daerah tempat dia tinggal. Bahkan pelanggan pun rela datang jauh-jauh dari luar kota. Hanya untuk merasakan dan mencicipi sepotong rotinya. Ada juga membawa pulang untuk oleh-oleh bagi keluarga mereka.
Karena rotinya sangat terkenal. Tukang roti sangat hati-hati menjaga cita rasa. Dia rela turun tangan langsung untuk membuat rotinya. Tak seorang pun yang dia percayai untuk membantunya. Kurang pas, rasanya bila tidak dia turun tangan langsung. Memang pelanggan terus datang secara bertubi-tubi. Dari pagi sejak tokonya buka. Sampai tokonya tutup selalu saja pelanggan antri. Ia berjalan mondar-mandir melayani permintaan pelanggannya. Namun lihatlah apa yang terjadi dengan diri tukang roti ini. Dia sibuk memberikan yang terbaik bagi pelanggannya. Tapi dia lupa memberikan yang terbaik bagi dirinya sendiri.
Hampir setiap hari dia selalu terlambat makan. Kadang-kadang nasehat dari sang istri untuk istrirahat. Tak dihiraukannya. Dia semakin lupa tugasnya sebagai seorang ayah. Bagi putri semata wayangnya. Lama mereka tidak berjalan bersama. Makan bersama. Maupun bermain bersama. Baginya uang yang banyak sudah cukup. Lama kelamaan kondisinya semakin menurun. Dia menjadi seorang pria yang kurus dan mempunyai banyak keluhan penyakit.
Lewat cerita Tukang Roti Kelaparan ini, Tim Elmore ingin memberikan sebuah nasehat kepada kita. Bahwa uang bukanlah segala-segalanya. Kita ingin memberikan yang terbaik bagi orang lain. Tapi kita lupa memberikan yang terbaik bagi diri sendiri dan keluarga. Jauh lebih penting bila kita bisa membagi waktu dengan bijak. Ya, semuanya penting. Tapi jauh lebih bijak bila kita mampu mengurus diri sendiri dan keluarga.
Pertanyaan:
Sudahkah anda memberikan yang terbaik bagi diri sendiri dan keluarga?
Regards,
DJODI ISMANTO
From nice city of Medan
No comments:
Post a Comment