Lebih dari setengah persoalan kita di hari ini, rasanya habis cuma untuk mengurus masa lalu. Pengakuan Amien Rais, yang memancing reaksi serius dari Presiden, adalah salah satu di antaranya. Amien telah mengaku, itu faktanya. Bahwa memang ada jenis dana yang tidak semestinya, untuk kampanye pilpres kita. Dan itu adalah tindakan melanggar undang-undang. Tetapi apakah Amien Rais sendirian dengan kesalahannya, itulah persoalannya.
Jika dana non-budgeter Depatemen Kelautan dan Perikanan itu memang mengalir sampai jauh dan sampai meruntuhkan pilar-pilar penting Pemerintahan kita, yang katakanlah dibiayai secara keliru, betapa rapuhnya sebuah negara. Negara seperti ini cuma akan disibukkan oleh kegiatan bongkar pasang dan tidak pernah akan punya waktu untuk berpikir tentang kemajuan. Segala yang menyita urusan kita, adalah soal-soal yang di belakang.
Tetapi persolan lainnya ialah, apakah telah otomatis kita harus main lupa begitu saja kepada masa silam, cuma karena ia telah bernama masa silam. Lalu bagaimana jika rumah yang kita bangun ternyata ada cacat pondasi dan tanpa tiang seperti yang diisyaratkan. Apa boleh, ia kadangkala harus dibongkar paksa karena amat berbahaya. Mahal ongkosnya, tetapi itulah risiko ketika kita memliki tabungan banyak kekeliruan di masa silam.
Jadi bahwa rumus melupakan masa silam dan cuma berpikir ke depan, sungguh tidak berlaku di sini. Karena rumus itu biasanya dianjurkan cuma oleh para pemilik kesalahan. Jadi bagaimana mungkin jika satu pihak hanya sibuk membuat kesalahan sementara pihak lain cuma bertugas memaafkan dan cuma diminta memandang ke depan.
Tidak! Rumus inilah yang berbahaya jika ia cuma diperlakukan sepihak. Kita diminta selalu melihat ke depan, sementara selalu ada pihak yang memotong bagian belakang. Adalah celaka, jika para pemotong itu adalah pihak yang mestinya mengajari kita untuk melihat ke depan. Maka jelas sekarang, rumus yang paling kita butuhkan untuk menata masa depan itu ialah ketika kita tidak membuat kesalahan di hari ini. Bukan… bukan kesalahan, tetapi kejahatan.
Beda sekali antara salah dan jahat. Di dalam kesalahan ada kekhilafan dan ketidaktahuan. Tetapi di dalam kejahatan ada pengetahuan dan kesengajaan. Jadi niat memang sudah keliru sejak awalnya. Inilah sesungguhnya kalimat yang tepat; jika tidak ingin terganggu masa depan Anda, jangan bebuat jahat di hari ini.
Karena jelas hukumnya, tidak mudah melupakan masa silam karena ia membentuk hidup dan mutu kita di hari ini. Kita akan selalu gatal mengusutnya jika ia dibangun melulu cuma dengan keliru. Maka jika tak hendak masa silam itu dipersoalkan, hari ini jangan ditata dengan kekeliruan!
Kedua pihak yang berseteru hari Minggu kemarin sepakat telah berdamai di VIP Airport Halim PK - Jakarta, dan menyerahkan sepenuhnya persoalan tersebut ke KPK. Bagaimana kelanjutannya kita tunggu saja di kedua republik ini . . . .
Lho kok . . , iya , satu realitas di Republik Indonesia , satu lagi di republik imaginasi , Republik Mimpi Metro TV.
(source : Smart FM - Jakarta )
Regards,
DJODI ISMANTO
From nice city of Medan
No comments:
Post a Comment