Myspace Backgrounds

Thursday, May 3, 2007

Membangun Budaya Perusahaan



Waktu mengikuti Seminar di Jakarta beberapa waktu lalu bersama si Pembicara selalu menyinggung mengenai budaya perusahaan. Budaya dan nilai-nilai apa yang ingin anda bangun di perusahaan anda?

Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang di benak saya.
Sebagai perusahaan yang masih tahap struggling for growth, terus terang saya belum sempat memikirkan dan menjabarkan secara jelas apa budaya perusahaan yang sedang dibangun pada tempat kerja saya sekarang ini.

Namun, dalam perjalanannya selama ini budaya dan nilai-nilai itu sudah ada dan berkembang secara alamiah. Misalnya budaya jujur, mengutamakan pelayanan, tanggung jawab, kerja sama tim, disiplin, kebersihan, sistem, rasa memiliki, komunikasi, konsistensi, keseimbangan hidup dan suasana kerja yang menyenangkan.


Itu semua sudah ada di perusahaan saya sekarang ini. Insya Allah. Tapi, sayangnya belum dijabarkan secara jelas dan tertulis, sehingga dipahami oleh anggota tim yang sudah ada dan yang akan bergabung selanjutnya. Sebagai perbandingan, saya membaca dari bukunya Brad Sugars tentang budaya yang ia kembangkan di perusahaannya, Action Business Coach.

Menurut Brad Sugars, budaya perusahaan yang ingin dikembangkan itu harus mengacu kepada nilai yang paling penting menurut pemimpin perusahaan, anggota tim dan pelanggan.


Berikut ini adalah contoh pernyataan nilai dan budaya yang dikembangkannya di Action Business Coach yang disebut
Action's 12 Points of Culture: Commitment, ownership, integrity, excellence, communication, success, education, team work, balance, fun, systems, consistency.


Nggak jauh beda kan? Nah, masalahnya nilai-nilai ini belum dipaparkan secara jelas kepada seluruh anggota tim sehingga mereka selalu mengaju kepada nilai-nilai itu. Ini PR yang harus segera saya kerjakan.

Saya ingat cerita di film Jerry McGuire yang diperankan oleh Tom Cruise. Sebagai seorang eksekutif perusahaan, nilai-nilai yang dibangun oleh Jerry adalah: show me the money! Tanpa mempedulikan halal haram, etika dan rasa kemanusiaan. Nilai-nilai itu akhirnya tidak membawanya ke mana-mana.

Dia berlari ke sana kemari dan mengejar segala hal yang berakhir kepada kehampaan.
Meskipun terlambat, dia menyadari hal itu dan membuka lembaran baru hidupnya dengan nilai-nilai yang baru. Nilai-nilai yang benar-benar berarti untuk hidupnya, bisnisnya dan hubungannya dengan orang lain.

Dia "fight" dengan nilai-nilai itu, meskipun dia harus berjuang sendirian, karena sebagian besar orang menganggap nilai-nilai itu adalah utopia dari seorang yang sudah gila.
Meskipun harus dibayar mahal, dia tetap konsisten dan berupaya keras membangun perusahaan baru dengan nilai-nilai itu. Akhirnya, tidak hanya uang yang didapat, melainkan kualitas hubungan sesama manusia, keluarga dan dukungan masyarakat juga diraihnya.


No comments: