Myspace Backgrounds

Thursday, May 31, 2007

Bersaing atau Jadi Satu Team


Pagi sekali di sebuah pasar tradisional sudah begitu ramai orang. Walau embun belum begitu ikhlas menyiram. Pagi buta! Saat mata belum jelas memandang. Kondisi sedikit becek tak patahkan asa para pedagang sayur mayur dan aneka ragam bumbu-bumbuan. Aroma khas kesegaran pagi bercampur dengan sayuran, memberikan inspirasi tersendiri.


Dalam sedikit sesak bertabrak, berbagai suara tawar-menawar ataupun canda memecah senyap. Diantara himpitan bakul di gendongan, dan tas dalam jinjingan. Disana banyak menyimpan inspirasi untuk kehidupan. Suasana ini juga sering kita temui, dalam kondisi berbeda. Keramaian manusia yang hampir sama. Dalam bus kota berjejal, dalam kereta serasa tak berlantai karena kaki tak kuasa menjejak saking padatnya, di busway yang konon jarang macet, dalam antrian tiket bioskop, kasir-kasir mall terkemuka dengan rela antri panjang walau beli sepeser.

Situasi yang cukup berbeda namun juga ada hal yang sangat perlu kita lihat lebih dekat. Ada gejala dalam kehidupan berbegai insan. Mereka berdiri dalam persaingan, sedangkan sebagian yang lain berdiri saing sokong dalam sebuah tim yang tidak terbentuk dengan formal. Ada kekuatan persamaan, saling memberikan jalan, saling bertukar informasi, saling bantu dan rela dengan penuh keikhlasan memberikan pengorbanan.

Sesaat, kita tengok mereka yang di pasar. Si Penjual cabe, sambil membungkus dengan potongan koran kebingungan mencari uang kembalian. Dia buka plastik terpal alas dagangan, dia buka dompet lusuh kepunyaan, dia buka sebagian selendang, namun uang lima puluh ribuan terlalu besar untuk dia. Sepagi ini. Belum cukup kembalian bisa diberikan. Penjual cabe lain, mereka segera menawarkan. Berusaha layaknya Si Pembeli tadi membeli dagangannya. Dia ikut sibuk, mencari beberapa lembar ribuan dan yang ada dikeluarkan. Namun akhirnya walau mereka patungan bertiga, kembalian tetap bisa diberikan.

Tidak terfikir oleh mereka, agar belinya pindah saja ke tempat salah satu yang punya kembalian. Namun pengorbanan dilakukan demi salah satu dari mereka.
Saat diatas kereta jabotabek, rasanya nafas mau terputus, tersengal, pengab dan kaki tidak merasakan lantai kereta. Berjejal, berpijak dengan tidak pasti, kadang kaki depannya, kadang sepatu sebelahnya, sementara yang duduk hanya meringkuk pura-pura tidak melihat penderitaan lainnya. Beringsut sedikit sahaja demi yg lainnya sangatlah berat. Saat ada salah satu penumpang turun, rasanya bagai berebut emas sebesar monas. Tidak tua atau muda, laki-laki atau wanita, kecil atau sudah tua, mereka berebut tanpa kompromi. Tidak ada sedikitpun kerelaan memberikan kesempatan kepada yang lainya. Hasrat berkorban hilang sudah. Mereka menjadikan ajang persaingan.

Dalam hidup ini, sudah sepantasnya ada kalah dan menang. Namun tentu lebih indah dan pantas jika semuanya bisa menang. Dalam dua kejadian diatas, sungguh ini luar biasa, fenomena yang sangat sering kita jumpai. Di pabrik, di lembaga pemerintahan, di partai politik dan banyak lagi. Pesaing atau Tim? itu pertanyaan yang sering sekali tidak terfikir apalagi terlontarkan. Saat kita lihat Si Penjual cabe, saling bantu dalam tim mereka sangat berfikir agar segalanya menjadi indah. Satu dengan yang lainnya adalah tim. Perbedaan dianggap menjadi sebuah rahmat untuk saling melengkapi.

Namun dari sisi kisah yang lain, semua insan jadi buas. Semuanya dilihat dengan perbedaan, semuanya dijadikan medan persaingan. Mereka tidak melihat siapa disekitarnya, tetapi mereka melihat apa yang bisa didapatnya. Banyak sekali pekerja pabrik, pegawai negeri, ataupun lainnya... bersaing bahkan sebagian dengan cara tidak sehat sekalipun, tetap dilakukan.

Apakah setiap orang disekitar kita PESAING kita? apakah setiap orang disekitar kita bisa menjadi TIM kita? Tergantung bagaimana kita memandangnya. Namun akan lebih indah, jika semua menjadi Tim Kita! ( source = Jant Subiyanto )


see article on :



No comments: