Myspace Backgrounds

Tuesday, May 29, 2007

HaPe Oh HaPe


Saya sedang dalam perjalanan dengan kendaraan dinas ketika mendengar sayup sayup dari Toko pinggir jalan lagu Trio Macan yang sempat ngetop beberapa waktu lalu...” Bang SMS siapa ini Bang...bang smsnya kok pakai sayang...sayang. ..”.


Hehehe...jadi ingat pengalaman saya sendiri. Suatu hari, ketika sedang rapat, tiba-tiba ponsel saya...( atau lebih enak disebut hape saja, ya...) bergetar. Saya memang menyetelnya dengan nada silent, jadi suara tidak ada Cuma getarannya ini loooh...bikin kaget juga. Apalagi pas disimpan di saku celana panjang, apa nggak bikin kesetrum juga. Sambil mendengarkan rapat, saya intip sekilas, siapa yang mengirim SMS itu. Mana tau, ada yang penting. Tapi nomor yang tertera, tidak saya kenal.


Selesai rapat, saya buka SMSnya. Isinya begini “,
Yank...lagi ngapain ? Kangen neeeh !”. Alamak...siapa pula yang pagi-pagi begini kirim sms begitu mesranya ? Kalau istri saya, nggak mungkin lagi mengirim sms pakai ‘sayang-sayang’. Dia nggak romantis sama sekali. Dari jaman batu dulu selalu straight to the point saja. Atau sudah ada kemajuan ? Atau salah sambung ?Atau selingkuhan ? Tapi ngga/ belum punya tuh . . . .


Lalu, dengan pikiran positif, SMS itu saya jawab “,
Maaf dik/mas/mbak/ pak/bu... mohon maaf, barangkali sms-nya salah sambung. Eeeh...nggak lama, hape saya bergetar lagi. “Gitu ya, Yank ? Salah sambung gimana ? Kemaren kita khan sms-an. Becanda ya,Yank ?

Dan akhirnya setelah usut punya usut ternyata SMS itu dari ‘teman dekat’ anak saya yang ABG. Hiiiikkssss. ....Rupanya kemaren anak saya kehabisan pulsa. Dia minta ijin saya untuk mempergunakan hape saya. Biasanya sih, setelah dia SMS-an, dia akan memberi tahu temannya bahwa dia kembali ke nomor hape pribadinya. Seandainya saja istri saya membaca SMS itu sebelum saya berhasil menghapus dan mengusutnya ? Alamaaaak... .bisa pecah perang dunia ke tiga deh !!! Hehehe...


Masih cerita tentang SMS. Suatu hari saya mengirim SMS kepada seorang teman. Entah dia lagi marah sama saya, atau karena dia sedang dirundung masalah, jawabannya justru membuat hati saya sangat miris. Jawabannya begini ,”
Ass Pak Djodi...sekedar memberi tahu, hp ini sudah dijual oleh pemiliknya karena...bla bla bla....(sangat pribadi deeeh)..”

Saya tersentak. Hape teman saya dijual ? Dengan nomor personalnya ? Astagaaaa... apakah ini serius ? Sepanjang pengetahuan saya, nomor personal ponsel atau hape sekarang ini sudah terdaftar berdasarkan nama dan data pribadi, dengan berdasarkan KTP atau tanda identitas lainnya. Bagaimana mungkin kalau hape dijual bersamaan dengan nomornya ? Bagaimana dengan relasinya yang lain ? Apakah nantinya nomor itu tidak disalahgunakan oleh orang lain ?


Sebagaimana alat komunikasi yang lain, hape sebetulnya hanya sekedar alat bantu. Tapi kita tetap harus mengindahkan kaidah-kaidah komunikasi dalam mempergunakan hape ini. Kaidah yang wajib ditaati dalam komunikasi adalah :

  1. Sistem dan prosedur
  2. Etika
  3. Estetika
  4. Security atau keamanan

Dalam berkomunikasi, dengan alat bantu apa pun, seyogyanya kita tetap memperhatikan dengan siapa kita berkomunikasi, bagaimana caranya, apakah bahasa yang kita pergunakan sudah sesuai dan bisa dipahami, apakah tepat waktunya, bagaimana security atau keamanannya .


Untuk komunikasi yang formal, kaidah ini bisa dengan ketat dilaksanakan, karena ada aturan atau sistem dan prosedurnya. Mau berkomunikasi dengan pejabat misalnya, ada aturannya, ada tata bahasanya, ada unggah-ungguhnya. Dari pejabat kepada kawula umum, juga ada tata kramanya. Di dalam sistem dan prosedur juga ada image atau citra yang melekat. Jadi tidak sekedar bermanis-manis kata, tapi juga harus memperhatikan segi-segi yang mendukung citra kelembagaannya.


Untuk komunikasi informal pun tidak urung, ada kaidahnya. Seperti cerita anak saya dengan teman dekatnya itu tadi. Sepanjang mereka membatasi waktu komunikasinya, ya tidak masalah. Tapi karena teman dekatnya lupa bahwa nomor yang dipergunakan anak saya adalah nomor orang lain, akibatnya dia mengabaikan faktor security atau atau keamanannya. Demikian pula dengan teman saya, yang menjual hape dengan nomor personalnya, sungguh mengabaikan masalah security dan juga image dalam komunikasi.


Begitulah... hal yang kelihatannya sederhana. Sekedar hape. Tapi kalau kita salah memanfaatkannya, atau berlebihan dalam pemanfaatannya, akibatnya bisa runyam juga. Bagi saya sendiri, hape memang alat komunikasi pribadi. Tanpa ijin dari saya, baik anak maupun istri tidak boleh membuka atau menggunakannya. Apalagi kalau mau sekedar main games dan mendengarkan musik. No way ! Hape buat saya melebihi KTP, karena wajib dibawa ke mana pun pergi. Di dalam hape saya, selain ada nomor telepon penting, SMS yang pribadi maupun yang korporasi, juga banyak catatan-catatan saya berupa ringkasan dari berbagai ide saya yang sering muncul tiba-tiba. Ini yang paling mahal !


Oya...buat saya, hape malah lebih dari dompet. Kalau pergi ke bazar atau ke toko, kadang saya sering ketinggalan dompet. Tapi berkat hape, saya masih bisa belanja...Caranya ? Tinggal telepon teman yang berada di sekitar lokasi. Lalu ? Pinjam duit sebentar...dan setelah kembali ke kantor bisa ditransfer balik...hahaha. ..Curang ya ???

Apa pun...kembali lagi kepada kita sebagai pengguna. Dengan hape atau pun tanpa hape, kalau kita mau hidup nyaman, ya kita harus pandai-pandai menyiasati.. .kapan mempergunakan hape dengan cara yang efektif dan efisien. Toh hape hanya alat bantu. Jadi bisa kita gunakan seperlunya saja. Dan bisa kita pilih, ingin menghubungi atau dihubungi siapa saja. Kalau saya sendiri sih, mau tidak mau terpaksa harus selalu standby...24 jam sehari...dan 7 hari seminggu...Bukannya sok ngetop atau sok dicari untuk ikut pilkada...tapi gimana, yaaa ? Gitu deeeeh....hehehe. ..

Okay sahabat-sahabat. ..Selamat ber-SMS dan ber-hape ria...

Jangan bosan dan merengut dulu ya, terutama kalau terima SMS dari saya...eh ya best regards untuk Mbak Ietje atas artikelnya di Jakarta


Regards,
From nice city of Medan


No comments: