Myspace Backgrounds

Friday, May 25, 2007

Pelajaran dari Mr.Wolfowitz


Paul Wolfowitz, nama ini sungguh dekat dengan Indonesia karena ia pernah menjadi duta besar Amerika untuk Indonesia. Setelahnya ia menjadi Wakil Menteri Pertahanan Amerika dan terakhir, ia menjadi Presiden Bank Dunia. Di posisi terakhirnya inilah ia membuat keputusan yang membuat karirnya, karier yang oleh Preisden Bush, pihak yang amat membelanya itu, dianggap cemerlang, meredup seketika. Ia memindahkan staf Bank Dunia, Shaha Ali Reza, dengan menaikkan gajinya pula. Dan wanita itu, tak lain adalah kekasihnya sendiri. Keputusan ini segera mendatangkan badai kritik pada Wolfowitz. Dan ia terpaksa mundur dari jabatan dengan gaji sekitar Rp 2,7 milyar setahun itu.


Kita tidak paham liku-liku aturan dan etika Bank Dunia. Kita tidak berani memastikan apakah keputusan Wolwofitz memindahkan pacarnya sambil menaikkan gajinya itu benar atau keliru. Tapi kita pasti tahu satu hal, Bahwa Shaha itu adalah kekasih tokoh ini dan ia dipindah dengan kenaikan gaji, yang konon melebih batas sewajarnya.


Celakanya, dunia ini tidak membutuhkan cuma soal benar dan salah, tetapi juga pantas dan tidak pantas, etis dan tidak etis. Kepantasan dan ketidak pantasan itu, etis dan tidak etis itu, memang bisa molor bisa mengkeret ukurannya. Rumusannya bisa panjang untuk diperdebatkan. Tetapi sebetulnya ia sesuatu yang begitu jelasnya. Etika, sesunguhnya mirip kebenaran dan kejujuran. Ia abstrak tapi mudah untuk dirasa. Tidak perlu kecerdasan tinggi bagi seseorang untuk merasakan kebenaran sebagai kebenaran.


Maka pantas dan tidak pantas itu ukuran ada di dalam diri sendiri. Keputrusan Wolfowitz itu, dianggap mengganggu azas kepantasan ini, dan ternyata azas yang abstrak itu, juga ada di dalam hati masyarakat dunia yang paling maju sekalipun. Sama sekali tidak terlintas di benak kita. Kerier seorang yang pernah dianggap cemerlang itu bisa terancam, cuma oleh soal pantas dan tidak pantas. Dan seberapapun sengit Wolfowitz membela keputusannya, kabar itu sudah merebak di seluruh dunia sebagai sebuah insiden etika. Menteri pembangunan Jerman malah berkomentar tegas soal ini. Katanya; ''Wolfowitz akan mengerjakan yang terbaik bagi Bank Dunia jika ia berhenti dari jabatannya!''


Azas peka terhadap kepantasan inilah yang harus dikenakan bagi bangsa Indonesia, termasuk para petinggi dan orang-orang kayanya, baik yang kaya karena kerja karena kerja keras, maupun karena menjarah harta negara. Apakah pantas, jika kerusakan lingkungan di daerah hilir, ternyata juga disumbang oleh rusaknya daerah resapan yang antara lain karena banyaknya vila-vila liar, dengan para pejabat sebagai pemiliknya. Kepantasan, akan membawa karma, jika Indonesia tidak segera peka kepadanya!

No comments: