Myspace Backgrounds

Wednesday, June 6, 2007

BRIATORE


Kalau Anda mengikuti balapan F1 setiap malam / hari Minggu pasti kenal dengan sosok flamboyan ini. Selain terkenal dalam keahlian nya mengencani para supermodel kelas dunia, Briatore dikenal sebagai team principal yang sukses mencetak juara dunia.

Setelah dulu berhasil mengantarkan sang legenda Michael Schumacher menjadi WDC dua kali berturut-turut saat masih di tim Benetton sebelum akhirnya pindah ke Ferrari, tahun lalu Briatore kembali melambungkan Fernando Alonso menjadi WDC termuda, dan seperti sejarah yang seolah berulang, besar kemungkinan tahun ini Alonso akan memperoleh gelar WDC kedua sebelum pindah ke tim yang lebih kaya, McLaren, tahun depan.


Yang unik dari pribadi Briatore adalah latar belakngnya yang jauh dari dunia balapan, tidak seperti pesaing-pesaingnya seperti Jean Todt (Ferrari) atau Ron Dennis (McLaren) yang sejak awal karirnya memang di balapan. Briatore yang pernah menjadi pelayan ini adalah bekas orang susah yang akhirnya sukses menjadi pengusaha. Ini yang menjadikan Briatore lebih memiliki sisi seorang manager dibanding yang lain. Ditangan Briatore, team Renault pun dikenal sebagai tim yang relatif paling irit dibanding tim lain. Teknisi senior di Renault, atau bahkan pembalapnya digaji jauh lebih rendah dibanding tim-tim pemboros seperti Ferrari, McLaren, Honda atau Toyota.

Jika dilihat dari hasil yang diperoleh Renault, dapat kita lihat betapa efisien nya Briatore. Keberanian dan kejelian nya untuk menggunakan pembalap muda juga tergolong nekat. Jika tim lain rela merogoh belasan juta dollar per tahun untuk membajak pembalap yang terbukti sudah jadi, Briatore lebih memilih pembalap muda untuk diorbitkan. Untuk menggantikan Alonso misalnya, Briatore memilih mengajak juara GP2 Heikki Kovailanen yang baru pertama kali membalap di F1 tahun depan.



Tidak seperti principal yang lain yang periuk nasi nya mengandalkan balapan. Selain di F1, Briatore juga sukses dengan bisnis nya menjalankan jaringan klub "Billionaire". Kegilaan dan komitmen nya pada pekerjaan membuat saya berpikir bahwa motivasi dibelakang Briatore adalah uang. Namun saya salah, orang seperti Briatore rupanya sudah tidak memikirkan uang lagi. Seperti yang pernah diungkapkan dalam sebuah wawancara, bagi Briatore, yang penting adalah kepuasan untuk berhasil melaksanakan pekerjaan nya itu sendiri. Bukan uang. Menurut Briatore, uang akan mengikuti dengan sendirinya. Ini berbeda dengan masa-masa dia menjadi pelayan dulu dimana hanya uang yang ia pikirkan.



Ada tiga pelajaran yang saya petik dari sosok Briatore.

Pertama, Anda tidak perlu takut dengan kotak-kotak yang diciptakan lingkungan. Dunia sekarang adalah dunia yang rajin membuat kategori, sekat dan stempel. Namun Briatore memberi contoh. Jangan terlalu kaku, terobos saja sekat-sekat nya, dan lakukan yang Anda percaya. Banyak yang awalnya memberi stempel Briatore marketing-guy Benetton, bukan orang balapan. Atau dia lebih cocok ada di "kotak" pengusaha restoran. Ngapain ngurusin balapan. Namun waktu membuktikan, para "darah biru" F1 pun mengakui kepiawaian bekas pelayan restoran ini.



Kedua, sikap untuk fokus pada kualitas pekerjaan, dan bukan hasil akhir berupa uang, merupakan sikap khas orang-orang berhasil. Orang-orang semacam Briatore selalu fokus pada apa yang sedang dikerjakan saat ini dengan tingkat kesempurnaan yang tinggi, untuk memastikan apa yang dia kerjakan saat itu terlaksana dengan baik. Dan mereka percaya keberhasilan yang sering diukur dengan uang hanya masalah waktu. Orang-orang dengan karakter seperti ini adalah mereka yang pelan-pelan membangun prestasi di sekitarnya, dan menjadi semakin besar.



Pelajaran ketiga, dan ini yang bikin saya iri , kalau Anda sukses seperti Briatore, biarpun sudah "aki-aki" usia senja , masih saja diuber supermodel yang cantik - cantik. ( source : Fauzi R )


See
article on :
http://djodiismanto.blogspot.com/


Regards,
DJODI ISMANTO
From nice city of Medan

No comments: