Myspace Backgrounds

Friday, June 15, 2007

SPANDUK DUKUNGAN



Seorang sahabat yang baru datang dari Amrik (baca Amerika) tersentak melihat panorama Kota Medan "tiba-tiba aku jadi ingat masa lalu" katanya enteng.

Sekelompok anak
Medan yang menyambutnya sejak dari Bandara Polonia memcoba memahami bahwa yang dimaksud sahabatnya itu tentulah rimbunnya pepohonan lebih spesifik lagi tentunya terkait keberadaan bangunan-bangunan tua yang masih ada disepanjang kesawan dan sekitarnya (Kesawan Squre), Mesjid Raya, Istana Maimoon, Kantor Pos, Hotel Dharma Deli, Titi Gantung, Balai Kota, Lapangan Merdeka dsb-Nya. "Yaa..inilah kelebihan Kota Medan sering membuat perantau rindu untuk pulang kampung" kata si anak Medan dengan yakinnya.

Ternyata pandangan si anak
Medan itu tidak pas betul dengan visi dan misi si anak rantau yang sepuluh tahun sudah tinggal di Amrik. Yang kumaksud terkenang masa lalu bukan soal itu soobatttt...tapi ini...katanya sambil menunjuk ke spanduk-spanduk yang menggantung dihampir setiap persimpangan jalan raya yang dilaluinya. Spanduk-spanduk itu bukan lain adalah dukungan terhadap calon Gubsu dan Wakil Gubsu di tahun 2008 mendatang.

"Aku jadi ingat waktu Soeharto masih menjadi Presiden RI televisi cuma ada satu yaitu TVRI, kau ingat nggak sahabat tiap malam kita nonton acara siaran berita yang isinya tiap hari dukungan masyarakat dalam bentuk kebulatan tekad agar Soeharto dinobatkan sebagai Bapak Pembanguan Nasional dan dipilih lagi menjadi Presiden RI pada priode berikutnya" tutur si anak rantau. "Namanya juga mendukung mana ada yang jelek dari orang yang akan didukung. Samalah dengan yang sekarang ini kutengok-tengok semuanya elok-elok saja, penuh puja-puji" lanjutnya.

Menurut si anak rantau reformasi ternyata tidak membuat orang di
Medan cerdas dan hijrah dari kebodohan dan pembodohan. Namanya saja pemilihan kepala daerah langsung tetapi dari mana-mana muncul spanduk dukungan mengatasnamakan lembaga, parpol, organisasi pemuda, organisasi suku/adat sampai kelompok agamais. Baik yang sudah eksis mupun instant. " ini lagi lembaga adat budaya bukannya memajukan adat kok.. malah ikut-ikutan berpolitik. Kerjanya asal ada pemilihan kepala daerah memberi dukungan sedangkan sumbangsihnya kepada adat tak ada, kecam si anak rantau ketika membaca dukungan dari lembaga adat di sebuah koran lokal yang ada dalam genggaman tangannya. Ini lebih gawat lagi urusan agama dibawa-bawa ke wilayah politik.

"Kalau ente-ente berani berjihadlah, gempurlah kemaksiatan di Provinsi
Sumatera Utara jangan cumanya do'a politik melulu..... kayak zaman orba dulu" imbuhnya.

"Ya..aku jadi ingat zaman dulu orang ramai-ramai buat lembaga pengusir hantu, organisasi fiktif untuk mendukung presiden.
Kita buat stempel, kepala surat, kegiatan ini dan itu, susunan pengurus, sekretariat di kedai kopi, sesudah jadi proposal kemudian diajak berdemo, pernyataan sikap disiapkan dan dibagi-bagikan kepada wartawan lalu masuk berita dikoran (ehhh nampak wajahnya lagi), lalu diserahkan kepada tim sukses tak lamapun cair barang itu..."kenang si anak Medan terbahak-bahak ketawa..haa..haaa...haaa. "Aku yakin yang gila spanduk dan dukung-mendukung sekarang ini belajar dari Orde Baru" imbuh sianak rantau. Sianak Medan kemudian menimpali "kalau yang sekarang inspirasinya ada juga dari "Indonesia Idol" yang pake dukungan juga biar idolanya nggak tereliminasi" ujarnya.

Bedanya Indonesia Idol nggak bikin pening kepala karena medianya SMS , sambutnya lagi
coba kalau dukung Gubsu dan Wagubsu pakai SMS ..waa..waa kota Medan tak berserak macam kampung pengungsi yaa..yang banyak spanduk" sergah si anak rantau... Aahh..cemana-Nya kau ini kalau gak gini, kapan lagi tukang sablon di Medan meledak rezekinya..."timpal si anak Medan...Iya..pulalah..hee.hee..hee...!!!!

Regards,


Eddy Miraddy
Medan HRD Club

No comments: