Siapa yang tidak pernah melihat warung tenda di Jakarta ini, hampir disetiap pelosok kita selalu melihat keberadaan mereka, saya dan ke dua anak saya sangat menyukai petualangan makan di warung - warung tenda, yang bertebaran di seluruh wilayah Jakarta ini jika sedang pulang kampung dari Medan. Namun dari sekian banyak tempat yang pernah saya datangi, , ada sebuah warung tenda langganan kami yang menjual pecel lele yang sangat mengesakan bagi saya, bukan hanya rasanya yang wueenak, tapi juga penjual nya yang sekaligus juga pemilik warung itu.
Sepasang suami istri yang berasal dari Madura, mencoba mengadu nasib ke Jakarta dengan berbekal uang seadanya. Sang isri yang selalu setia mendampingi suaminya berjualan pecel lele selama kurang lebih 10 tahun ini telah membuat warung tenda nya selalu penuh dengan pengunjung, bahkan pembeli harus rela antri mendapatkan tempat duduk. Hebatnya si ibu pemilik itu hampir hafal seluruh nama pengunjung yang datang, dia selalu menyambut dan menyapa setiap pembeli yang datang dengan sapaan nak , didepan nama pembeli pembeli nya dan dia selalu berkeliling ke pengunjung yang sedang makan, untuk menanyakan, mau tambah nak?Ada yang kurang nak? ungkapan ungkapan nya itu benar benar bagai sapaan seorang ibu.
Bahkan pegawai pegawainya selalu siap memenuhi kebutuhan para pembeli, sebelum mereka meminta nya, begitu melihat isi gelas kita berkurang , dengan sigap mereka langsung mengisikan nya kembali, tanpa kita harus meminta
Apa yang berbeda dari warung tenda itu ?
Bisa anda terka, Ibu penjual pecel lele itu sangat mengutamakan PELAYANAN . Walaupun dia tidak pernah mengenal ilmu apalagi mengikuti training training mengenai pelayanan prima, tapi ibu tersebut mampu menerapkan prinsip prinsip dalam memberikan Service Excellence kepada pengunjungnya.
Dia selalu menyapa dengan baik dengan menyebutkan nama pelanggannya , dia begitu mengenal pelanggan pelanggannya dengan baik, mengetahui kebiasaan kebiasaan pelanggannya, dan memberikan yang dibutuhkan pelanggannya tanpa harus diminta, bahkan setiap kita selesai makan dia tidak pernah lupa meminta umpan balik dari para pengunjungnya
Apa yang bisa kita petik dari kisah pemilik warung tenda itu ?
Pelayanan membuahkan Kesuksesan
Ibu pemilik warung ini rupanya sangat mengutamakan pelayanan dalam menjalankan usahanya, Kan pembeli itu raja, jadi saya harus melayani mereka dengan baik, walaupun saya cape atau lagi kesal, begitu katanya, saat saya mempunyai kesempatan untuk ngobrol dengan dia disela sela kesibukannya melayani pengunjung yang datang.
Yang membuat saya tercengang , berkat modal seadanya yang hanya sebesar Rp 150.000,- ketekunan, kegigihan, dan sangat mengutamakan pelayanan, kini dia memiliki asset yang tidak sedikit, bahkan bisa dikategorikan kedalam perusahaan golongan menengah. Mereka sekarang mampu memiliki 3 buah rumah mewah di Jakarta, 1 buah ruko yang nilainya lebih dari 1 M serta 2 buah di Lamongan desa darimana mereka berasal.
Benar benar suatu hasil yang patut diacungkan jempol, sebuah usaha informal, namun mampu menerapkan prinsip prinsip kepuasan pelanggan , dengan memberikan pelayanan dengan hati pemilik warung itu mampu mendulang sukses.
Cobalah kita amati disekeliling kita, begitu banyak bidang bisnis yang belum mampu mengutamakan kepuasan pelanggan, yang tidak menganggap bahwa pelanggan adalah asset bagi mereka, yang masih kurang menyadari bahwa tanpa pelanggan apapun jenis usaha yang dijalankan akan mati dengan sendirinya.