Dalam hidup ini, seorang manusia sering merasa banyak keterbatasan. Ketika melihat orang lain rasanya kok serba bisa. Diapun kembali berkutat dengan kekurangan diri sendiri.
- Aku tidak bisa berpikir kreatif.
- Aku tidak bisa punya waktu.
- Aku sudah capek miskin.
- Aku sudah tidak habis pikir bagaimana cara pikir suamiku yang selingkuh, dia tidak menyadari begitu dalam cintaku kepadanya.
- Aku tidak bisa mengharapkan masa depan di perusahaanku sekarang ini.
- Aku tidak bisa melakukan promosi efektif melalui dunia maya.
- Aku tidak bisa membuat orang lain membaca tulisanku.
- Aku tidak bisa seperti dia.
Banyak sekali komplain yang kita keluarkan dalam bentuk uneg-uneg. Sedangkan di radio kita dengar lagu-lagu SAMSON, RAJA dan DEWA 19 yang sangat indah. Setiap lagu adalah maha karya. Kita heran, mereka juga manusia biasa, tapi kok mereka bisa? Mereka bisa berbuat yang terbaik untuk hidup ini? Orang bilang, industri rekaman banyak bajakan, bahkan Inul saja mengeluh lagu-lagunya banyak yang dibajak daripada kaset yang asli. Tapi, kok selalu saja ada artis baru yang meledak?
Kok bisa ya?
Sesungguhnya kita terlalu sering terkungkung dalam jebakan hidup.
1. Jebakan Waktu
Sebagian besar manusia jaman sekarang berharap, segalanya berjalan instan. Kalau mengirim email hari ini, berharap langsung ada hasilnya. Setelah ditungu-tunggu kok tidak ada yang respon? Apa tidak dibaca? Sekali lagi, kita terlalu sering berharap dalam hal apapun yang kita lakukan, harus mendapatkan hasilnya sekarang juga. Jika tidak, maka menganggap seolah-olah dunia tidak berpihak kepada kita. Mengapa waktu tidak berpihak? Lalu merasa sebagai orang yang paling tidak beruntung di dunia ini.
2. Jebakan Rasa Lelah Berusaha.
Setelah segala upaya dicoba dengan segenap pikiran, keahlian, persiapan, tapi hidup ini seolah-olah berjalan di tempat. Hingga merasa bahwa hidup ini hanya menjadi beban. Hidup kok serasa hanya mencari makan dan bayar utang? Setelah 10 tahun berkarir, tapi jabatan tidak pernah naik. ”Jabatan promotion manager ini sudah dipegang sejak umur 27 dan sekarang, sesudah 10 tahun berlalu, tapi kok tetap saja manajer promosi?”
Apa yang salah?
Akibatnya dia selalu asal-asalan dalam melakukan tugas:
· Asal jangan capek. Karena kalau capek, kita yang rugi, kita yang menderita, sedangkan hasilnya sama saja, tidak ada yang istimewa, hanya saya merasa dikudain saja.
· Asal jangan mikir. Karena memikirkan sesuatu itu menjadi terasa berat, karena kita bingung kemana mencari solusinya?
3. Jebakan Eksploitasi
Setiap karyawan sering merasa bahwa office politics ada dimana-mana dan tidak ada gunanya. Mereka juga merasa selalu terjadi eksploitasi tanpa henti. Bahkan teman mengeksploitasi teman lainnya. Apalagi ekploitasi apa saja; tenaga, pikiran, uang dan kekuasaan. Sesungguhnya kebanyakan manusia dijajah oleh ketergantungan akan uang dan kekuasaan. Rasanya kalau tidak memegang uang Rp200.000 di kantong maka tangan terasa gemetar tidak sanggup menghadapi dunia. Apalagi kalau sampai lupa tidak bawa kartu nama dan handphone, ”Aduh bagaimana kalau aku nanti kesulitan?”
4. Hidup ini Hanya Kebohongan dan Tipuan.
Seperti Pinokio, kita merasa bahwa keadaan memaksa kita untuk melakukan dua hal:
- Berbohong, dan kita heran mengapa hidung kita kok menjadi semakin panjang? Semakin banyak kebohongan yang kita lakukan, dan itu semakin menyulitkan kita.
- Dan merasa bahwa kita terperangkap masuk ke dunia sirkus, dan kita dijual kepada segerombolan pemain sirkus. Setiap hari dipaksa melakukan hal-hal yang diluar keinginan. Diluar karya sesuai perasaan batin, dan kita merasa terjebak dan tertipu oleh gerombolan sirkus dan merasa terpaksa melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa tahu bagaimana caranya keluar dari keadaan ini...
Hingga kita terpaksa menyalahkan keadaan, dan tidak mau lagi berusaha. Merasa bahwa dunia tidak berpihak. Sebagian besar manusia hanya memandang kekurangan diri, tanpa tahu bahwa kita ditakdirkan menjadi anak manusia sejati, anak manusia seutuhnya. Tapi kebanyakan tidak sanggup untuk mempercayai itu, hanya bisikan sayup-sayup yang hilang tertelan oleh kerasnya hidup ini.
Aku harus berjuang!
Namun aku kelelahan.
Aku tidak tahu, hidup ini harus bagaimana?
Berikut ini saya cuplikkan curhat teman saya tentang kehidupannya.
I want to be free !!!!
Begini rasanya terbelit hutang. Kerja seperti kuda. Otak muter seperti gasing. Hidup seperti di penjara. dituntut cari duit buat bank. Tidak bisa santai barang sebentar. Dulu sebelum punya utang kok rasanya bebas, enak, merdeka. Gara-gara nafsu yang terlalu memburu, pengen cepat maju, pengen cepat kaya. Lalu ada nasehat BODOL (bisnis dengan duit orang lain). Utang itu mulia dan lain-lain. Ternyata utang bukan solusinya. Malah seperti belenggu yang menghilangkan hak-hak tidur siang dan waktu main-main bareng anak tercinta.
Dulu sebelum terjerat utang. Susu anakku Pediasure sekaleng seminggu. Istriku beli perhiasan seminggu sekali. Rekreasi kemana aja bisa. Lobi klien kemana-mana pake mobil. Sekarang kok cuma susu kental manis. ”Perhiasannya jual aja deh ma...”. ”Di rumah aja, dananya buat bayar bank besok”. ”Pake motor aja, dana BBM-nya buat bayar bank”.
Utang itu mulia. BODOL. Pegawai bank jadi tambah makmur, keluarga sendiri jadi menanggung ikut prihatin kena belenggu utang. Kalau pengen cepet maju harusnya dulu solusinya bukan utang, Tapi mempertajam empati, untuk membuat kehidupan semakin baik, memelihara bumi Allah. Utang ternyata bukanlah solusi utama buat maju. Namun sudah terlanjur...
Ternyata Gusti Allah memang sedang menjewer telinga saya supaya lebih berempati, supaya saya meninggalkan ego dan nafsu, supaya tidak sombong, supaya lebih pasrah, sesungguhnya tiada daya dan kekuatan melainkan karena Allah yang Maha Agung.
Alhamdulillah. Ternyata Allah masih sayang aku. Mengingatkan aku supaya tidak sombong lagi.
Supaya tidak egois lagi...
Supaya tidak dugem lagi...
Supaya lebih mendekat lagi...
Supaya tidak maksiat lagi...
Supaya membersihkan jiwa saya...
Tobat...
Sekarang saya cuma pengen hidup tenteram tidak dikejar-kejar utang. Saya tidak ingin jadi miliuner. Ya Allah bebaskan aku dari utang yang buruk ini.
I want to be free dari utang.
Ahmad Mizani
Untuk lebih lengkapnya dapat dibaca di buku "Best Life - Menjalani Hidup Bahagia Penuh Makna" ditulis oleh Stefanus Indrayana & Goenardjoadi Goenawan, diterbitkan oleh Elex Media Komputindo mulai 1 Mei 2007.
No comments:
Post a Comment